Suami Saya Bukan Raja Jambret

Written By Unknown on Selasa, 30 Juli 2013 | 12.41

Laporan Tribunnews Batam, Dewi Haryati

BATAM, TRIBUN - Isak tangis keluarga, kerabat dan tetangga rumah May Syafrul bin Jushar (28), seketika pecah, Sabtu (27/7/2013) pukul 16.15 WIB. Tatkala mobil jenazah RSBP Batam tiba di rumah bercat biru di RT 03 RW 02 Bengkong Permai, Batam.

Sejak pagi, usai polisi menyinggahi tempat itu dan mengabarkan berita duka tewasnya May Syafrul, rumah tersebut seakan tak pernah sepi dari pelayat yang datang. Bisik-bisik perihal kematian May Syafrulpun diperbincangkan.

Pria yang beberapa bulan lalu masih berstatus karyawan PT Mc Dermott ini, tewas setelah timah panah bersarang di tubuhnya setelah dikabarkan sempat duel dengan pihak kepolisian.

Ia dituduh melakukan aksi penjambretan di beberapa tempat di Kota Batam. Namanyapun dikabarkan telah masuk daftar Target Operasi (TO) pihak kepolisian.

Namun di mata tetangga sekitarnya, May Syafrul dikenal sebagai sosok yang baik. Julukan raja jambret bahkan residivis, tak pernah singgah kepadanya. Sepengetahuan tetangga, May hanya sekali berurusan dengan pihak kepolisian 2012 lalu.

Saat itu, May didakwa melakukan jambret di dua lokasi. Yakni di Taman Kota dan area tak jauh dari RS Awal Bross pada waktu hampir bersamaan.

Namun dalam kasus itu, ia dibebaskan lantaran majelis hakim Pengadilan Negeri Batam berpendapat, tidak ada kesesuaian antara keterangan saksi yang satu dengan lainnya dalam kasus tersebut.

Apalagi May merupakan karyawan salah satu perusahaan terbesar di Batam dengan gaji yang sangat mencukupi untuk kebutuhan hidupnya, istrinya, dan kedua anaknya yang masih kecil.

"Dia baik orangnya, cuma sekali aja kasusnya tahun kemarin. Dia selalu jalan-jalan tiap sore dengan anak dan istrinya di sekitar sini," ucap seorang warga kepada Tribun, Sabtu (27/7/2013).

Setiba di rumah, jenazah May langsung dimandikan kerabat keluarganya. Istrinya, Maryam, yang baru tiba dari Singapura di hari itu, tampak menangis terisak. Ia tak kuasa membendung air matanya jatuh.

"Ini Ayah, Nak... Ini Ayah...," ucap Maryam kepada putri pertamanya, Dhafa yang berusia sekitar 7 tahun.

Bocah itu hanya menangis melihat jasad Ayahnya terbujur kaku, dibalut kain kafan putih. Ia berontak ingin segera keluar rumah.

Kerabat dan tetangga rumah hanya menjelaskan kepadanya, Ayahnya pergi haji, dan meminta Dhafa untuk mendoakannya.

"Ayah pergi haji, doakan ya," kata seorang perempuan menenangkan tangisan Dhafa.

Seorang tetangga lainpun berdoa, "Semoga (almarhum) diterima di sisi Allah. Apalagi ini bulan puasa".

May dikuburkan di hari yang sama dengan ia dikabarkan tewas. Jenazahnya usai disalatkan, dimakamkan Sabtu sore di Taman Langgeng Sei Panas, Batam. Kepada Tribun, Maryam menolak tegas dengan julukan raja jambret yang dialamatkan kepada almarhum.

"Nggak, suami saya tidak seperti itu," ucap Maryam dengan ekspresi terkejut suaminya dikatakan raja jambret sesaat sebelum iring-iringan mobil jenazah berlalu.


Anda sedang membaca artikel tentang

Suami Saya Bukan Raja Jambret

Dengan url

http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/07/suami-saya-bukan-raja-jambret_30.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Suami Saya Bukan Raja Jambret

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Suami Saya Bukan Raja Jambret

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger