Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria Silitonga
BATAM, TRIBUN - Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bin Bidin mengaku kesulitan untuk masuk dalam permasalahan dugaan penganiayaan yang dialami Muhammad Ridho (14) dan Anjas Muda Pratama (12), siswa kelas 1 MTs Swasta Al Jabar, Selasa (27/8/2013) lalu.
Ditemui usai hari Pramuka di Bumi Perkemahan Raja Ali Kelana, di Nongsa, pria inipun mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkait hal itu.
"Kami belum tahu persis infonya, belum dapat laporan. Baru tahu karena baca koran tadi. Inikan yayasan, sulit masuk ke ranah mereka. Itupun harus di klarifikasi dulu kebenarannya, penganiayaan itu seperti apa? Harus jelas," ujar Muslim.
Menurutnya, saat ini pihaknya akan meminta konfirmasi lebih dulu ke yayasan tersebut. Sebab, informasi yang di dapatkannya masih simpang siur.
"Saya dengar karena buka baju seragam, masih simpang siur. Kalau sampai betul betul terjadi yah kami prihatin juga," ujarnya.
Ia pun meminta orangtua harus berfikir jernih terhadap persoalan ini, jangan langsung ikut tersulut emosi.
"Bahasa bahasa penganiayaan inikan sebenarnya tidak ada di dunia pendidikan. Ini guru loh, orangtua nomor dua ibaratnya. Bahasa penganiayaan itu bukan sifat guru. Masa guru aniaya murid. Makanya itu yang perlu kita perjelas, penganiayaan itu seperti apa. Saya minta orangtua juga berfikir jernihlah," kata dia.
Kepada Guru, Muslim pun menegaskan dalam memberikan hukuman kepada siswa harus ada batasannya.
"Dalam mendidik anak ini kita guru pun harus ada batasnya. Jangan sampai menimbulkan persepsi salah. Jangankan memukul, terkadang guru cuma menepuk pundak muridnya saja, maknanya sudah bisa berlainan di mata orang. Jadi asal tidak di luar batas lah," ujar dia.
Kepala Sekolah Dituding Arogan
Udin P Sihaloho minta kepala sekolah MTs Al Jabar dan dua siswa yang diduga mengalami penganiayaan saling berdamai. Ditemui di Gedung DPRD kota Batam, Jumat (30/8/2013) lalu, pria ini menilai Kepala Sekolah Mts Al Jabar, Fitra Nugraha, sedikit arogan.
"Saya tahu dia memang sedikit arogan. Hanya saja yang kita sayangkan kenapa main pukul ke kedua anak itu. Anak itukan katanya buka baju dan segala macam, nah itu semua sebenarnya tidak terlepas dari cara kepemimpinan kepala sekolah. Apalagi itukan sekolah berbasiskan agama," kata Udin.
Seharusnya, di sekolah seperti itu tentunya tidak ada yang menginginkan adanya pembelajaran dengan kekerasan fisik. "Harusnya dengan pendekatan persuasif," tegasnya.
Ia pun ikut mengingatkan orangtua dari kedua siswa yang diduga mengalami penganiayaan tersebut, untuk tidak langsung menyelesaikan persoalan ke pihak berwajib.
Menurutnya, hal itu kedepannya hanya akan membuat susah anak anak mereka sendiri.
Udin juga tak setuju kasus tersebut dilanjutkan ke polisi sebelum adanya proses damai. "Tidak perlu langsung ke polisi," kata politisi PDI P itu.
Terlepas adanya isu negatif bahwa orangtua mengarahkan modus untuk pemerasan, kata Udin, kalau memang untuk pengobatan anaknya sah sah saja kedua orangtua siswa yang bersangkutan memintanya.
"Saya mencium isu arahnya ke pemerasan. Sah sah saja sebenarnya orangtua minta biaya perobatannya, tapi harus yang di wajibkan untuk di bayar saja," ujar dia.
Menurut Udin, Muslim Bidin harus ikut campur dalam permasalahan ini dan meminta pertanggungjawaban kepala sekolah.
Anda sedang membaca artikel tentang
Muslim Akan Klarifikasi Penganiayaan Siswa
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/09/muslim-akan-klarifikasi-penganiayaan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Muslim Akan Klarifikasi Penganiayaan Siswa
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Muslim Akan Klarifikasi Penganiayaan Siswa
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar