TRIBUNNEWSBATAM.COM, JAKARTA- Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Rizal Sukma menilai telah lahir sebuah doktrin baru yang relevan dalam abad ke-21 bagi politik luar negeri Indonesia. Doktrin baru itu muncul dari Calon Presiden Joko Widodo dalam debat ketiga, Minggu (22/6/2014) malam.
"Tadi malam telah lahir sebuah doktrin baru yang relevan dalam abad 21 bagi politik luar negeri Indonesia. Diungkap dalam statement yang lebih lugas mengenai posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Kekuatan di antara dua samudra," tegas Rizal Sukma dalam diskusi di Kantor Media Center JKW4P, Jalan Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/6/2014).
Apalagi, menurut pengamat ini, pernyataan Jokowi itu bukan sekedar slogan. Tapi, itu merupakan refleksi anak bangsa melihat ke dalam diri bangsa ini atas dinamika politik luar negeri Indonesia selama sepuluh tahun terakhir ini. Khususnya, ketika melihat peta geo-politik dan geo-ekonomi sekarang ini. Yakni, untuk peta geo-ekonomi mengalami pergeseran pusat dinamika global dari barat ke timur (Asia Pasifik).
Pada saat yang sama, imbuhnya, jika melihat peta geo-politik saat ini, kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang sangat strategis dan berperan dalam dinamika pertumbuhan ekonomi. Yakni, kekuatan ekonomi dunia sekarang terjadi di Asia Pasifik seperti Tiongkok dan Jepang.
Selain itu, menurutnya, pertarungan geo-ekonomi maupun geo-politik akan terjadi di samudera atau wilayah laut pada abad ke-21 ini.
"Kalau dilihat peta Asia Pasifik, Samudera yang menjadi tempat pertarungan itu ada di Samudera Hindia dan Pasifik. Dan secara geografik, kita, Indonesia ada di tengahnya," tandasnya.
Karena itu, mengaju pada politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, jelas dia, bangsa ini tidak mau didikte oleh pertarungan negara-negara besar. Oleh karenanya, pemerintah kedepan harus bisa melihat Indonesia menjadi poros maritim dunia.
Dan Jokowi, dia menilai, tepat melihat potensi itu kedepan bahwa Indonesia bisa menjadi satu kekuatan besar menjadi poros maritim dunia yang berada tepat di dua Samudera, yakni Samudera Hindia dan Pasifik. Dan itu mencerminkan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di dua Samudera yang sangat strategis tersebut.
"Ketika ingin merumuskan dimana posisi kita didalam perubahan geo-politik dan geo-ekonomi sekarang, doktrin ini menjadi sangat penting. Doktrin ini bagaimana kita melihat diri kita. Semua langkah-langkah diplomasi Indonesia diharapkan bisa didasarkan pada cara pandang kita kepada diri kita dan cara pandang kita terhadap dunia lebih luas," jelas dia.
"Jadi jika kita lihat tadi malam itu, kita melihat lahirnya doktrin baru dalam politik luar negeri Indonesia yaitu doktrin Indonesia sebagai poros maritim dunia, sebagai kekuatan yang berlayar diantara dua Samudera," tandasnya.
Dalam debat ketiga capres, Minggu (22/6/2014) malam, Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Debat itu mengambil tema 'Ketahanan Nasional dan Politik Internasional.' Jokowi juga menyatakan ingin meningkatkan anggaran pertahanan dan merasa perlu ada komponen cadangan atau tentara cadangan.
Anda sedang membaca artikel tentang
Pengamat: Jokowi Telah Lahirkan Doktrin Baru Politik Luar Negeri Indonesia
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/06/pengamat-jokowi-telah-lahirkan-doktrin.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pengamat: Jokowi Telah Lahirkan Doktrin Baru Politik Luar Negeri Indonesia
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pengamat: Jokowi Telah Lahirkan Doktrin Baru Politik Luar Negeri Indonesia
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar