Tribun Batam - Jumat, 15 Februari 2013 11:35 WIB
Laporan Tribunnews Batam, Sihat Manalu
TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM- Komisi I DPRD Batam, Djoko Martono mengaku tertekan oleh anggota dewan yang lain. Ia bahkan adu mulut dengan anggota dewan AA Sanny, karena ia dituduh membocorkan ketidakberangkatakan para anggota dewan yang lain ke media.
"Saya sampai adu mulut di dalam mobil dengan AA Sanny, dia menuduh saya membocorkan kunker ini ke wartawan. Padahal saya sudah bilang tidak ada saya bocorkan, tapi saya terus ditekan sehingga terjadi adu mulut. Saya terus terang tak takut, tapi jangan begitu caranya," kata Djoko kepada Tribun, Kamis (14/2).
Djoko menyebut AA Sanny kesal kepadanya lantaran muncul berita kunker di media. "Saya sudah jelaskan tapi tak terima dan menyalahkan saya terus. Selain itu ada lagi anggota dewan komisi I menelepon dengan mengatakan jangan begini caranya menghancurkan kawan. Saya lihat aneh sikap kolega saya yang menyerang saya," katanya.
Djoko menyebut setelah keberangkatan mereka Rabu pagi, sorenya dua anggota Komisi I DPRD Batam, Basri Harun dan AA Sanny terbang ke Manado. Mereka sampai di Manado pada pukul 05.00 pagi. Setelah itu mereka ke hotel dan pada pukul 10.00 sama-sama melakukan kunjungan kerja ke DPRD Manado.
"Pada saat di mobil, saya diomelin mereka. Saya yakin kalau tidak heboh tentu mereka tidak begitu kesal melihat saya. Lalu berangkat dari Batam sore dan tiba di Manado pukul 05.00," katanya.
Ketika ditanya berapa orang anggota dewan yang melakukan kunker itu, Djoko menyebut empat orang. Mereka yang ke sana adalah Beliefman Sijabat, Djoko Martono, Basri Harun dan AA Sanny. "Hanya kami berempat kunker didampingi staf. Kalau staf ya banyak ada 11 orang," kata Djoko.
Sementara Beliefman Sijabat yang ditanya mengatakan sangat prihatin. Bagi mereka yang berangkat itu sangat beresiko. "Seandainya pesawat jatuh lalu staf yang menggunakan nama para anggota dewan itu tidak akan dapat santunan. Kasihan mereka, terjadi kecelakaan tak dapat apa- apa karena nama tidak sesuai dengan manifes. Saya melihat karena terlalu gampang pihak maskapai percaya dengan hanya menunjuk kartu GFF semua selesai. Identitas yang ada di kartu itu tidak sama dengan orang yang berangkat. Kalau maskapai tegas tentu tidak terjadi seperti ini," kata Beliefman.
Ia menyebut kadang staf hanya diberikan Rp 2 juta lalu disuruh berangkat, dengan memakai nama anggota dewan.
Hal yang sama disampaikan Djoko Martono, untuk membuktikan yang berangkat orang lain sangat gampang. Cukup minta data manifes dari penerbangan. Sebab nama yang sama tertera di dua penerbangan yang berbeda dengan jadwal keberangkatan pagi dan sore tujuan Manado. AA Sanny yang dihubungi tidak mau mengangkat handphonenya. Bahkan SMS yang dikirim tidak dibalas. (*)
Anda sedang membaca artikel tentang
Komisi I DPRD Kota Batam Adu Mulut di Manado
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/02/komisi-i-dprd-kota-batam-adu-mulut-di.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Komisi I DPRD Kota Batam Adu Mulut di Manado
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Komisi I DPRD Kota Batam Adu Mulut di Manado
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar