Tribun Batam - Sabtu, 6 April 2013 12:30 WIB
Wiwin mengaku tidak ada internal KPK atau pihak luar KPK yang mendorongnya untuk membocorkan Sprindik penetapan tersangka terhadap Anas. Hal itu dilakukan karena inisiatifnya sendiri.
Ia menegaskan, tak ada keterlibatan Abraham Samad dalam pembocoran Sprindik ini. "Kalau ada teman yang mendorong saya, kenapa saya sendiri yang menanggung masalah ini? Saya bisa katakan ada yang mendukung saya. Bukan lagi Abraham Samad yang dikorbankan. Kan dosa kalau saya menanggung sendiri," ujarnya.
"Saya tidak mau menzalimi orang lain. Dalam pengertian, saya tidak ingin publik menzalimi Abraham Samad cuma karena saya ini Sekretaris Pribadi dia," ujarnya. Wiwin mengaku tidak ada timbal balik berupa materi uang maupun jabatan dengan pembocoran Sprindik Anas.
"Tidak ada timbalik balik sama sekali. Saya pastikan, saya yakinkan Anda, bahwa tentang itu sudah selesai," ujarnya.
"Ketika saya diperiksa Komite Etik, mereka menanyakan hal yang sama dengan apa yang Anda tanyakan," tambahnya.
Ia mengaku saat diperiksa Komite Etik ditanya nominal uang yang diberikan Tri Surahman dengan pembocoran Sprindik Anas. Namun, Wiwin membantahnya. Bahkan, Wiwin mengaku sempat geram dan tersinggung dengan pertanyaan Ketua Komite Etik KPK, Anie Baswedan.
"Pak Anies tanya saya, 'kamu dapat berapa dari Tri Surahman.' Saya jawab, 'mohon maaf Prof, saya tersinggung dengan pertanyaan Anda. Saya masih jaga kehormatan, saya masih punya harga diri di sini. Saya masih punya idealisme. Dan saya tidak ingin menjual itu hanya karena saya gila materi'," paparnya.
Karena KPK memiliki alat dan teknologi canggih untuk penanganan perkara, Wiwin mempersilakan pihak KPK untuk menyebarkan tim intelijennya. "Silakan lacak rekening saya, silakan lacak rekening adiknya," kata putra kedua dari empat bersaudara itu.
Wiwin pun tak menolak saat data-data dari kedua teleponnya genggamnya dikloning oleh pihak KPK. Itu dilakukan untuk menelusuri keterlibatan Wiwin dalam pembocoran Sprindik Anas.
"Bos, kedua HP saya ini dikloning sama mereka untuk melacak, apakah saya pernah berkomunikasi dengan orang partai, dengan orang istana yang namanya Imelda," ungkapnya.
Hasil kloning data telepon genggam itu, tak ditemukan adanya komunikasi dengan pihak luar terkait pembocoran Sprindik Anas.
"Hasilnya ya, enggak ada komunikasi. Cuma menemukan komunikasi (BBM) saya dengan Irman Putra Sidin dan Alvon Kurnia. Irman itu senior saya di kampus Unhas. Saya memberitahukan Sprindik itu ke Irman karena cuma kedekatan emosional saya sebagai sesama kampus," ujarnya.
Seandainya ada komunikasi dengan orang partai politik, misalnya dengan Syarief Hasan (Menkop dan UKM, petinggi Partai Demokrat), dan misalnya data komunikasi itu, sudah terhapus, kan KPK punya alat teknologi dan bisa buka lagi.
"Itu sih gampang sekali KPK buka itu. Dan saya pasti menolak saat kedua hp saya diminta kalau misalnya di hp saya ada komunikasi dengan orang partai, orang Demokrat. Di HP saya tidak ada sekali nomor ataupun kenalan orang partai. Justru daftar kontak BBM saya lebih banyak teman-teman media," paparnya. (tribunnews/coz/edw)
Anda sedang membaca artikel tentang
Bocornya Sprindik Anas Adalah Tanggung Jawab Saya
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/04/bocornya-sprindik-anas-adalah-tanggung.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Bocornya Sprindik Anas Adalah Tanggung Jawab Saya
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Bocornya Sprindik Anas Adalah Tanggung Jawab Saya
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar