Tribun Batam - Rabu, 24 April 2013 08:32 WIB
Berbekal itu, semua perjalanan yang ia tempuh naik kapal atau ferry gratis. Walau sering dicurigai sebagai orang gembel atau orang gila, tetapi Mbah Boncel tidak marah sambil menunjukkan perlengkapan dokumen sehingga membuat petugas transportasi percaya.
"Kadang saya menginap di SPBU. Kalau pas di hutan ya menginap di hutan. Sering menyepi di tepi laut. Kalau masuk hutan, yang penting membawa bekal garam supaya binatang buas menyingkir semua. Kalau ketemu makhluk halus atau diganggu yang sudah biasa tetapi hal itu tak jadi masalah," beber Mbah Boncel saat singgah ke kantor Tribun Batam di Komplek MCP Batuampar, Batam, Senin (22/4/2013) lalu.
Dia bersyukur tak pernah sakit selama perjalanan. Jika kecapaian atau mengantuk dia lantas beristirahat sejenak tidur di sembarang tempat. Walau cuaca panas hujan tetap bersepeda. Membawa jas hujan bukan untuk melindungi tubuhnya melainkan bekal pakaian dan surat surat dokumen penting agar terlindung.
Berbagai tempat wisata sudah dia singgahi seperti TMII, Ancol, Puncak, Kebun Raya dan lain-lain. Tiba di Batam Provinsi Kepulauan Riau, dia pun menyempatkan diri akan pergi ke Jembatan Barelang yang terkenal sebagai simbol Kota Batam tersebut.
Setelah berada di Batam selama 4 hari kedepan, rencananya Mbah Boncel akan ke Medan dan dilanjutkan ke Sabang serta ke Pulau Nias. Dulu ingin ke Nias tapi gagal karena ombak tinggi. Sehingga perjalanan kali ini dia yakin harus sampai di Pulau Nias.
Ketika touring pertama dulu pernah gagal ke Sabang karena dicegat oleh orang orang mantan GAM. Kemudian pernah juga distop oleh Polisi Syariah Aceh karena Mbah Boncel mengenakan celana pendek dalam bersepeda. Hal hal seperti itu membuat dirinya berkesan dan mengingat daerah tertentu dengan tradisi budaya atau peraturan bermacam-macam.
Pernah Mbah Boncel di perjalanan daerah Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan dihentikan oleh seorang pria gondrong. Ditanya uang dan harta yang dibawanya. Kemudian setelah ditunjukkan semua, ternyata pria itu tidak meminta harta atau uangnya Mbah Boncel.
"Dia malah minta kepada saya jimat atau pegangan apa sehingga saya kuat keliling Indonesia. Padahal saya tidak pakai jimat apa-apa. Hanya bermodal keyakinan dan semangat saja," ujar Mbah Boncel.
Khusus hari Jumat, Mbah Boncel tidak bersepeda tetapi singgah di masjid terdekat untuk melaksanakan Jumatan. Beberapa daerah dengan tradisi dan potensi wisata di Nusantara sudah dia singgahi dan rasakan semua. Pernah juga Mbah Boncel melewati terowongan panjang di Sibolga Utara sangat indah. Berkunjung ke Danau Toba dari dua sisi di Parapat juga mengesankan pria yang ramah dan mudah tertawa ini.
Dia bangga dengan sepeda relly ontel perempuan itu. Sepedanya buatan tahun 1948 merupakan warisan dari orangtuanya. Dulu dipakai untuk sekolah dan kuliah satu semester naik sepeda. Umur sepeda itu sudah 65 tahun sedangkan umur Mbah Boncel 59 tahun.
Banyak yang ingin membantu dia tetapi jika ada embel-embel partai politik maka dia menolaknya dengan halus. "Saya ini bersepeda keliling Indonesia untuk nasionalisme. Tidak pakai politik-politik segala. Kalau ada yang mau bantu ya silakan tetapi tak perlu pakai politik," ujar Mbah Boncel penyuka masakan Padang.
Makan siang atau malam, Supriyanto alias Mbah Boncel ini menyukai daun singkong atau masakan Padang. Istri dan dua anaknya yaitu Gesang (1985) dan Ingge Apriliana (1990) mendukung perjalanan Mbah Boncel. Walau ada catatan dan dokumentasi tertulis, tetapi Mbah Boncel hapal jarak kilometer dari kota ke kota yang dilintasinya lengkap dengan berbagai kenangan. (wid)
Anda sedang membaca artikel tentang
Dicegat Pria Gondrong, Mbah Boncel Diminta Menyerahkan Jimat (2)
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/04/dicegat-pria-gondrong-mbah-boncel.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Dicegat Pria Gondrong, Mbah Boncel Diminta Menyerahkan Jimat (2)
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Dicegat Pria Gondrong, Mbah Boncel Diminta Menyerahkan Jimat (2)
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar