Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria Silitonga
BATAM, TRIBUN - Belasan perusahaan galangan kapal di kawasan Sintai, Tanjung Uncang, Batam, menyurati Pemerintah Kota Batam. Ini terkait banjir yang kerap melanda jalan masuk ke perusahaan-perusahaan tersebut.
Mendapati keluhan perusahaan, Wakil Wali Kota Batam, H Rudi SE MM pun langsung turun ke kawasan industri Sintai, Rabu (4/12/2013) pagi. Disambut HRD Manager beberapa perusahaan itu, Rudi melihat secara langsung tiga titik banjir yang disebabkan drainase yang tidak ada.
Titik banjir pertama, kata Rudi disebabkan jalan tanah yang rusak dan tidak adanya gorong-gorong. Titik banjir kedua berada di antara PT Catepilar dan PT Galangan Mercusuar, yang disebabkan tidak adanya drainase.
"Tadi kami sudah lihat langsungkan, ada saya bawa juga pak Dinas PU Pak Yumasnur untuk melihat. Yang titik pertama itu kami akan segera buatkan gorong-goronglah, dan tanahnya akan dikerasi," ujar Rudi di lokasi.
Sedangkan untuk titik banjir kedua, menurut Rudi terjadi karena kedua perusahaan yang masing-masing ada di sisi kanan dan sisi kiri jalan sudah membangun pembatas tanpa memberikan lahan untuk penyerapan air.
"Inilah tadi setelah kita bincang-bincang, PT Galangan Mercusuar nanti akan menyiapkan tanah lah untuk digali dijadikan tempat serapan air. Kami minta itu diserahkan ke Pemko Batam, biar kami yang buat," tambahnya.
Sementara itu, untuk titik banjir ketiga, berada pas di depan PT Kumala Indonesia Shipyard hingga masuk ke dalam jalan lagi. Setidaknya, masih ada sekitar empat perusahaan galangan setelah perusahaan itu yang ikut merasakan buruknya infrastruktur jalan.
"Yang ini masalahnya jalan belum disemenisasi. 2014 lah coba kami ajukan untuk dikerjakan. Cuma kami harus dudukan dulu sama BP Batam. Itu ke dalam masih ada perusahaan lain juga soalnya, seperti PT Bandar Abadi, PT United. Industri inikan banyak di Batam, kalau mau Batam tambah banyak investasi harusnya kita memperhatikan juga," tambah Rudi.
Sementara itu, Kolubi Arman, HRD Manager PT Galangan Mercusuar yang ada di tempat mengungkapkan selama ini jalan masuk itu digunakan oleh sekitar 15 ribu karyawan PT. Karena menjadi satu-satunya akses jalan, pekerja tidak memiliki pilihan lain saat harus bekerja, meski jalan tersebut rusak ataupun terendam air.
"Itu tadi untung sudah ada yang menimbun, karena pak Rudi mau lewat. Biasanya nggak sedikit ada mobil yang stak di situ nggak bisa jalan gara-gara rendaman air. Apalagi kalau malam juga bahaya, pernah ada mobil yang jeblok nggak bisa jalan," jelas Kolubi.
Bahkan, menurut pria itu, air juga sering memasuki wilayah industri tempatnya bekerja.
"Masuk ke perusahaan yah seringlah. Apalagi dulu waktu belum kami kasih tembok pembatas. Sekarang juga masih suka masuk air, cuma di tempat-tempat tertentu," papar Kolubi.
Karena hal itulah, akhirnya pihak perusahaan-perusahaan memberanikan diri untuk menulis surat resmi kepada Pemko Batam, untuk segera memberesi masalah banjir itu.
Sementara itu, Rudi pun ikut mengimbau perusahaan agar mematuhi aturan yang berlaku saat melakukan pembangunan di sana. Salah satunya jika melakukan kegiatan cut and fill.
"Tadi saya lihat itu ada cut and fill, cuma tidak disiapkan drainasenya. Makanya saya bilang kita juga harus mengontrol itu, dengan melakukan kewajiban-kewajiban yang seharusnya. Saya bukan menghambat, silakan perusahaan buat apa saja, tapi fasilitas untuk umumnya tetap diperhatikan," tegas Rudi.
Anda sedang membaca artikel tentang
Belasan Industri Galangan Kapal Terendam Air
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/12/belasan-industri-galangan-kapal.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Belasan Industri Galangan Kapal Terendam Air
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Belasan Industri Galangan Kapal Terendam Air
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar