Wartawan Tribun Batam, Muhammad Sarih
KARIMUN, TRIBUN - Sebagai tuan rumah perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi Kepri 2014 dan tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kepri 2014, Dinas Pariwisata Seni Budaya (Dinparsebud) Karimun, mulai berbenah.
Sekitar 24 usahawan dan perwakilan manajerial hotel dikumpulkan di Hotel Maximiliant, Selasa (24/12/2013) lalu. Dalam pertemuan tersebut mencuat beberapa persoalan yang diungkapan usahawan hotel.
Misalnya diungkapkan Effendi, Asisten Manajer Holiday Karimun tentang kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap persoalan pengemis dan WTS (Wanita Tuna Susila).
"Di depan pintu masuk dari pelabuhan menuju hotel kami itu banyak anak-anak meminta-minta kepada para tamu. Tamu menjadi tidak nyaman dan membuat daerah kita memiliki kesan tak baik," ungkap Effendi, Sabtu (28/12/2013).
Effendi juga mengungkapkan tentang pakaian para wanita yang diduga kuat WTS yang dianggap di luar norma kewajaran.
"Ada juga tamu yang membawa wanita yang kita tahu sebagai wanita panggilan dengan pakaian yang sangat tidak sopan. Kita tak berani menegur Pak, sebab mereka langsung bilang, kalau tak ada mereka hotel kami akan sepi. Serba salah. Dua persoalan itu mohon jadi perhatian Pak," tambahnya.
Mengenai wanita yang diduga kuat sebagai wanita panggilan atau WTS yang berpakaian tak sopan kerap dijumpai keluar masuk hotel. Menyaksikan dandanan yang tidak wajar untuk standar kesopanan berazam iman dan takwa kerap Tribun jumpai.
Seperti mengenakan rok dan celana mini serta baju yang minim sambil menemani tamu kerap menghiasi ruang lobi hotel-hotel di Karimun.
Jika ini dibiarkan tak hanya akan menyambut MTQ saja, tetapi juga berdampak sosial bagi masyarakat lainnya. "Semakin menjadi saja. Kita khawatir perilaku seperti ini ditiru anak-anak kita," kata seorang warga, Buyung belum lama ini.
Mendengar keluhan persoalan tersebut, Kepala Dinparsebud Karimun Syuryaminsyah mengatakan akan berkordinasi dengan instansi terkait seperti dinas sosial dan satuan polisi pamong praja.
"Memang saya juga sering dapat laporan itu. Anak-anak meminta-minta dan perempuan berpakaian tak pantas sebisa mungkin kita perhatikan. Kita akan kordinasikan lagi nanti," kata Wak Min.
Beberapa persoalan lain juga mencuat seperti rendahnya pelayanan yang diberikan para petugas yang berada di wajah Karimun, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
Beberapa pegawai instansi yang bertugas di sana, diungkapkan seorang usahawan hotel terkadang kurang ramah dan malah terkadang melakukan pungutan liar. "Ini harus jadi perhatian semua pihak Pak," kata usahawan hotel tersebut.
Menjawab itu, Wak Min juga mengatakan akan mengoordinasikannya dengan instansi vertikal lainnya terkait keluhan yang disampaikan tersebut.
"Saya juga sudah mendapat laporan itu. Dan akan kita kordinasikan ke instansi terkait. Dan kita juga mengimbau petugas yang ada di sana bisa memahami arti penting menjalankan tugas di garda terdepan daerah kita," kata Wak Min.
Sebelumnya Wak Min mengatakan upaya mengumpulkan usahawan hotel tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang arti penting pelayanan prima usawahan hotel terhadap para tamu dua even tersebut.
"Kita berharap bapak-ibu ikut memberikan kenyamanan kepada para tamu kita nanti. Keramahan serta keamanan para tamu sangat berpengaruh terhadap nama baik daerah dan tentunya akan membawa kesan baik bagi hotel kita dan tentunya nama baik daerah kita," ujar Wak Min kepada peserta sosialisasi tersebut.
Anda sedang membaca artikel tentang
Kurang Perhatian Pemerintah, WTS dan Pengemis Usil
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/12/kurang-perhatian-pemerintah-wts-dan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Kurang Perhatian Pemerintah, WTS dan Pengemis Usil
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Kurang Perhatian Pemerintah, WTS dan Pengemis Usil
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar