Laporan Wartawan Tribunnews Batam, Dewi Haryati
BATAM, TRIBUN- Pekerjaan meminta-minta, kerap dilakukan sejumlah anak jalanan ketika berada di persimpangan lampu merah di Kota Batam. Namun tidak halnya ketika anak jalanan ini di tempatkan di rumah singgah Cinderella from Indonesia Centre, milik Lusia Efriani Kiroyan bertempat di Taman Duta Mas.
Di sana, sejumlah anak jalanan dapat menikmati hidup layaknya anak seumuran lainnya. Mereka bebas berekspresi, dihargai, belajar dan bermain dengan riang.
Awalnya, pendirian rumah singgah Cinderella from Indonesia Centre ini diperuntukan bagi kaum perempuan single parent di Kota Batam. Ia bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jalanan Provinsi Kepri, memberikan keterampilan seperti membuat cupcake, es dan keterampilan lainnya kepada ibu-ibu, orangtua anak jalanan.
Namun lantaran seringnya ibu-ibu itu membawa anak mereka yang masih kecil, Lusipun berinisiatif membentuk kelas khusus bagi anak-anak jalanan. Sementara orangtua mereka dilatih keterampilan, kelompok anak-anak juga mendapat pendidikan.
"Awalnya anak jalanan yang belajar di rumah singgah ini ada 15 orang. Kemudian bertambah, sekarang ada 23 orang. Usianya mulai dari TK sampai kelas 6 SD," ucap Lusi kepada Tribun.
Selama lebih kurang 1 tahun rumah singgahnya berdiri, Lusi bekerjasama dengan sejumlah sukarelawan dari kalangan pelajar memberikan pendidikan semisal Bahasa Inggris dan Matematika kepada anak-anak jalanan.
Sadar pembinaan terhadap anak jalanan berbeda dengan anak lainnya, iapun menerapkan cara-cara khusus agar anak jalanan ini tetap mau belajar dan tak turun ke jalan. Yang tentunya membahayakan keselamatan diri mereka.
"Kalau belajar resmi, mereka nggak mau. Makanya asalkan mereka senang, kalau mereka belajar sambil makan, nggak apa-apa bagi saya. Saya juga tidak membiasakan memberi uang kepada mereka," kata dia.
Selain memberikan pendidikan, Lusi juga berusaha membangkitkan rasa kepercayaan diri anak-anak jalanan itu. Baru-baru ini ia juga menuruti keinginan sejumlah anak jalanan itu mendapatkan rekreasi, seperti berenang, menonton di bioskop. Lusi juga sedang memikirkan cara untuk menyalurkan bakat anak jalanan ini dengan memasukkan mereka ke sejumlah komunitas olahraga.
"Kalau biasanya mereka di luar mereka nakal, ngelem, selama belajar mereka nggak nakal. Karena apa, mereka juga butuh disayang, dihargai dan dibutuhkan," ucap Lusi.
Sejauh ini, kata dia, dari anak-anak jalanan yang belajar di rumah singgahnya, keseluruhan dari mereka tetap belajar di bangku sekolah. Meski sebagian waktu mereka tetap berada di jalan. Setiap Minggu sore, anak-anak jalanan ini akan memenuhi ruang belajar di rumah singgah Lusi.
Untuk menghadapi persoalan anak jalanan, kata Lusi, pemerintah sudah berupaya maksimal dengan program peningkatan kesejahteraan anak jalanan, tapi kendala paling utama terketak pada orangtua anak jalanan.
"Mereka ini cari uang untuk orangtua mereka. Alhasil orangtuanya jadi malas. Karena anak-anaknya yang kerja. Kalau kita kompak, sebenarnya bisa saja mengatasi permasalahan ini. Jangan memberikan uang kepada mereka lagi di jalan. Akan lebih baik kalau membeli produk karya mereka walaupun tidak sempurna bentuknya," sarannya.
Anda sedang membaca artikel tentang
Cinderella from Indonesia Centre Asuh 23 Anak Jalanan
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/02/cinderella-from-indonesia-centre-asuh.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Cinderella from Indonesia Centre Asuh 23 Anak Jalanan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Cinderella from Indonesia Centre Asuh 23 Anak Jalanan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar