SURABAYA, SURYA - Awalnya Erna Novia memberikan gadget pada Muhammad Fariz, hanya untuk sarana refreshing.
Erna menganggap buah hati perlu menyegarkan pikiran setelah mengikuti belajar dan mengikuti kegiatan sekolah.
Tapi, lambat laun pemberian gadget itu ternyata menjadi masalah baru. Muhammad Fariz, remaja 14 tahun ini dikenal aktif.
Sejak balita, remaja yang biasa dipanggil Fariz ini sudah mengenal berbagai macam game konsul atau gadget lainnya.
Dua kakaknya, yang juga laki-laki, menjadi inspirasi Fariz. Dua-duanya doyan game.
Akibat kegemarannya memainkan dan memeloti gadget yang terlalu lama, muncul kebiasaan. Fariz sering secara refleks menggerakkan pergelangan dan bahu.
Bukan hanya itu, Fariz juga sering mengerdipkan mata tanpa sebab. Erna melihat itu sebagai suatu keanehan.
Erna beberapa kali menegur saat sang anak melakukan gerakan aneh itu.
"Saya bilang Riz kok gerak-gerak ndak jelas gitu. Berhenti sebentar, kemudian dia gitu lagi," kata Erna belakangan Erna tahu, gerakan Fariz itu akibat dari hobi anaknya, Rabu (14/5/2014).
Hari-hari Fariz memang nyaris dihabiskannya di dalam kamar bersama game konsul portabel.
Dengan perangkat mungil ini, anak ketiga dari empat bersaudara ini, semakin leluasa bermain. Urusan belajar, menjadi nomor sekian.
Kegemaran Fariz itu mendapat angin segar lantaran dua kakaknya juga gemar. Bedanya kegemaran kakaknya sudah mulai luntur.
Hingga duduk di kelas VI SD, kegemaran Fariz pada gadet tidak bisa luntur. Padahal, di tahun itu dia harus menghadapi serangkain ujian jelang kelulusan.
"Saya marahi tapi sudah tidak mempan. Sampai akhirnya saya mendapatkan saran agar mengalihkan perhatian Fariz dengan kegiatan outdoor," kata Erna.
Erna dan suaminya, Hadi Waluyo lalu mengajak Fariz bermain badminton. Awalnya Fariz merespons negatif.
Dia mengaku kepayahan. Maklum, jam tidur Fariz terbilang malam, karena memelototi laptop hingga larut malam.
"Ada saja alasannya kalau saat waktu latihan. Saya sengaja mendaftarkan Fariz ke klub badminton agar dia punya kesibukan lain yang lebih positif," imbuh Erna.
Kesabaran Erna dan Hadi berbuah manis. Fariz mulai menggemari badminton. Dia bahkan seringkali mengikuti pertandingan sampai ke luar kota.
Meski begitu, kegemaran Fariz pada game tidak hilang Dia tetap gila gadget. Apalagi, di rumah ada saluran internet yang sebenarnya digunakan untuk keperluan Hadi bekerja.
Erna kemudian menambah porsi kegiatan Fariz. Selain badminton, Fariz juga mengikuti kegiatan fisik lainnya di sekolah, yaitu barongsai.
Dua kegiatan ini diharapkan Erna bisa menjadi terapi mujarab untuk mengurangi ketergantungan Fariz terhadap gadget.
Memang kegiatan itu kemudian berdampak pada fisik Fariz. Bocah berbadan bongsor itu mudah lelah karena diforsir.
Erna pun kembali memutar otak, mencari aktivitas pengalihan lainnya.Ia memberi Fariz mainan replika superhero.
Erna memberi keleluasaan bai Fariz untuk beraktivitas bersama teman-temannya di luar rumah. Biasanya, Fariz gemar bersepeda.
Kini Fariz mulai berubah. Meskipun tidak sepenuhnya lepas dari playstation dan laptop.
"Tapi, saya bersyukur lamanya dia bermain game sudah berkurang. Dulu bisa sampai delapan jam bahkan lebih. Sekarang hanya di waktu-waktu tertentu saja," ujar perempuan 35 tahun itu.
Erna menyarankan, orangtua yang memiliki anak kecanduan game untuk berkonsultasi dengan psikiater. Erna juga terbuka kepada orangtua murid di sekolah anaknya untuk menggali informasi perihal merawat anak yang kecanduan akut terhadap game. (Surya/miftah faridl)
Anda sedang membaca artikel tentang
Badminton dan Barongsai untuk Mengobati Penyakit Gadget
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/05/badminton-dan-barongsai-untuk-mengobati.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Badminton dan Barongsai untuk Mengobati Penyakit Gadget
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Badminton dan Barongsai untuk Mengobati Penyakit Gadget
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar