Laporan Wartawan Tribun Batam, Thomlimah Limahekin
TANJUNGPINANG, TRIBUN - Saparuddin Hasibuan, pria penjual roti ikut dalam aksi unjuk rasa mahasiswa dan masyarakat di halaman Kantor PLN Tanjungpinang, Senin (19/5/2014) kemarin.
Dia ikut hadir dalam aksi tersebut karena terlampau geram dengan pihak PLN yang tak bisa mengatasi krisis yang terjadi akhir-akhir ini.
Di tengah kerumunan mahasiwa dan masyarakat lain, Saparaddin ikut berteriak. Pria berusia sekitar 50-an tahun itu bahkan terlihat lebih agresif dari para mahasiswa yang berunjuk rasa.
Saparuddin terlihat begitu marah di hadapan beberapa pimpinan PLN Tanjungpinang. Sesekali dia maju di tengah kerumunan mahasiswa dan masyarakat lain sambil menunjukkan ketidakpuasannya kepada pimpinan PLN.
Dia menunjuki mereka dengan sebelah tangan. Dia juga beberapa kali memukulkan plastik berlogo PLN yang pada tangga kantor PLN.
"Supaya kau tahu, kami masyarakat kecil ini juga merasa rugi kalau listrik padam terus. Roti saja tidak bisa dijual. Saya rugi," bentak Saparuddin.
Dari situ akhirnya diketahui bahwa Saparuddin adalah seorang penjual roti. Kepada Tribun, dia mengaku menekuni usaha jual roti di rumahnya.
Kendatipun tidak usaha tersebut tidak terlalu besar, namun dampak pemadaman listrik sungguh mempengaruhi barang jualannya.
"Saya jual roti di rumah saja. Jualan saya tidak banyak. Tapi kalau listrik mati, roti-roti saya itu rusak semua. Setiap hari belasan kilogram terigu jugalah yang saya gunakan untuk buat roti," ungkap Saparuddin.
Tidak cuma Saparuddin, dalam aksi unjuk rasa itu, ada juga seorang ibu rumah tangga yang tampak begitu kesal dengan PLN. Namanya Wati. Melalui mikrofon, dia mengaku, sebenarnya tidak berniat mengikuti unjuk rasa itu.
Niatnya itu spontan muncul ketika melintas di depan kantor PLN dan melihat kerumunan massa yang tengah menggelar unjuk rasa.
"Unjuk rasa ini harus didukung. Kalau tidak mereka (pimpinan PLN) tidak akan tahu. Saya ibu rumah tangga. Sayalah yang paling merasakan kalau listrik padam. Urusan dapur tak bisa diselesaikan.
Anak-anak juga menangis karena kepanasan. Saya minta Pak Lis (Wali Kota Tanjungpinang) untuk turun lihat kondisi listrik. Jangan hanya duduk diam," teriak Wati ketika diberi kesempatan berbicara oleh mahasiswa.
Selain Saparuddin dan Wati, sekitar ratusan warga lain turut terlibat dalam aksi unjuk rasa bersama mahasiswa di halaman depan kantor PLN.
Mereka mengungkapkan rasa kesal mereka dengan membuang peralatan eletronik yang tak terpakai ke halaman dan melempari kaca-kaca kantor PLN.
Awalnya mereka meminta Majuddin, pelaksana tugas (Plt) Manager PLN Tanjungpinang untuk menjelaskan penyebab krisis listrik yang terjadi akhir-akhir ini.
Namun, karena Majuddin tidak ada di kantor PLN, maka mereka pun bersedia ditemui oleh pimpinan PLN lainnya.
Mahasiswa dan masyarakat itu kemudian memaksa Badrus Zaman, Asisten Manager Jaringan PLN Tanjungpinang untuk membuat surat pernyataan yang berisi beberapa poin penting.
Surat pernyataan yang dibuat di atas kertas dengan meterai itu ditandatangani oleh Zaman dan Suyatno, perwakilan dari Pemko Tanjungpinang, perwakilan mahasiswa dan masyarakat yang hadir.
Anda sedang membaca artikel tentang
Warga Lempari Kantor PLN Tanjungpinang dengan Peralatan Elektronik Bekas
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/05/warga-lempari-kantor-pln-tanjungpinang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Warga Lempari Kantor PLN Tanjungpinang dengan Peralatan Elektronik Bekas
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Warga Lempari Kantor PLN Tanjungpinang dengan Peralatan Elektronik Bekas
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar