Laporan Wartawan Tribun Batam, Leo Filemon Halawa
BATAM, TRIBUN - Pengelola gelanggang permainan (gelper) yang beroperasi di Top 100 Jodoh dan BCS mal Batam diduga mengabaikan Perda yang sudah dikeluarkan Wali Kota Batam.
Walaupun sebelumnya sudah ada perintah dari Wali Kota Batam, Batam Drs. H. Ahmad Dahlan, MH masih saja beroperasi saat MTQ berlangsung.
Pantauan Tribun Sabtu (14/6/2014) arena gelper Top 100 Jodoh dan BCS Mall didominasi anak-anak yang masih berusia 8-10 tahun.
Ketika Tribun menanyakan kepada Epi (25) satu di antara pegawai gelper Top 100 Jodoh, Batam bagian kasir penukar koin masih bungkam. Pihaknya manyarankan Tribun untuk pergi konfirmasi ke BCS Mall.
"Mas saya kurang tahu. Baru buka juga kita di sini, kalau mau detail pergi ke BCS saja, karena yang punya arena ini sama," terang Epi.
Ketika ditanya tentang boneka, peralatan masak listrik, dan berbagai macam hadiah yang terpampang di belakang Epi (25) ia menyatakan hadiah bagi pemenang.
"Ini hadiah mas, kalau ada yang menang kita kasih langsung sesuai nomor yang menang." ujarnya.
Dari koin yang ditukarkan dengan rupiah, koin dihargai Rp1.000,00. Bayangkan jika anak-anak membeli 100 koin.
Satu di antara bocah pemain yang mengaku namanya Liza (8,5) ketika ditanya ia mengaku kalau tiga kali dalam seminggu mendatangi gelper Top 100 Jodoh, karena ketagihan sudah kalah duluan dari hari sebelumnya
"He he, iya om. belum pada menang lagi, sudah 65 koin belum dapat bonekanya." ujarnya lugu
Pihak Tribun melanjutkan pantauan di BCS mal Batam, situasi serupa sama dari arena gelper Top 100 Jodoh.
Ketika dikonfirmasi kepada satpam penjaga gelper yang enggan menyebut namanya, pihaknya hanya menjawab tidak tahu menahu.
"Nggak tau! bos kami lagi keluar," ujarnya.
Kehadiran gelper di Batam, membuat orang tua anak resah. Nita (45) warga sekitar Jodoh Batam, mengaku jika ia sedang mencari anak keduanya di arena gelper Nagoya, Jodoh, dan BCS.
Pasalnya ia mendapat informasi dari teman sekolah anaknya, yang masih duduk di bangku kelas 2 SD bahwa anaknya tidak sekolah tapi ke arena gelper.
"Wahduh mas..pening sudah keliling nyari tapi belum dapat. katanya dia sering main gelper pakai uang jajan dikasih papinya tiap hari," ungkap Nita dengan cemas.
Nita menambahkan jika ia sudah pernah menjemput anaknya di arena gelper Top 100 Jodoh bersama temannya.
Pihak juga mengakui bahwa anaknya sudah mulai malas baca buku, anaknya lebih sering pergi ke gelper.
"Kan kasihan mas...kadang gak saya kasih duit juga papanya. Tapi ia rela jalan kaki, nah anak saya kan tidak megang hp. Saya cari ke mana coba. Arena gelper sekitar Nagoya banyak mas," tambah Nita lagi dengan cemas
Arena gelper diduga mengabaikan perda, sejauh ini langkah pengamanan yang tegas dari pihak polisi dan perangkat daerah masih belum membuat efek jera bagi pemiliknya.
Udin (50) Warga Blok 4 Baloi, mengaku jika gelper sudah merajalela. Karena pihak gelper diduga diberikan izin dari Pemko Batam.
Pihaknya mengaku pemerintah harus tahu mana yang berbau judi dan mana yang tidak.
"Mereka kan bayar pajak. Nah pemerintah sama polisi mau bilang apa? Itukan masuk kas daerah. Kalau mau benar benar ditutup tarik izinnya, jangan main mata. Itu namanya gak fair mas," tegas Udin kesal.
Anda sedang membaca artikel tentang
Anak-anak SD Mulai Kecanduan Judi Berkedok Gelper
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/06/anak-anak-sd-mulai-kecanduan-judi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Anak-anak SD Mulai Kecanduan Judi Berkedok Gelper
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Anak-anak SD Mulai Kecanduan Judi Berkedok Gelper
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar