"Dua bom tersebut terpaksa diledakkan karena kami khawatir bom tidak bisa dijinakkan," kata Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjimain usai penggeledahan.
Tim Densus 88, kemarin siang hingga sore melakukan penggeledahan di dua tempat di solo, yakni di rumah Mustabillal di Jalan Lawu Timur dan sebuah bengkel milik Harun Al Rasyid di Jalan Sumpah Pemuda.
Selain dua bom yang diledakkan di rumah Mustabillal, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti di antaranya cairan bahan pembuat bom dikemas dalam 10 botol, kabel dan rangkaian elektronik, sepucuk sejata api Barreta, pupuk urea 20 KG dan serbuk arang.
Penggeledahan itu merupakan rangkaian opersi Tim Densus 88 yang menyasar empat kota pada Jumat malam hingga Sabtu kemarin. Setidaknya, 10 orang terduga teroris berhasil dibekuk.
Mengenai operasi di Solo, saksi menyatakan ledakan pertama, terjadi sekitar pukul 14.10 WIB disusul ledakan kedua sekitar 5 hingga 10 menit berselang. Suara ledakan pertama terdengar lebih keras dibandingkan ledakan kedua.
Pemilik rumah, Mustabillal merupakan terduga teroris yang ditangkap Tim Densus 88 di Madiun. Asjimain mengaku tidak belum mengetahui secara pasti jaringan teroris itu. Namun penangkapan ini merupakan pengembangan.
"Penggeledahan ini merupakan pengembangan dari penangkapan Mustabillal di Madiun (Jawa Timur)," jelasnya.
Yang menarik, di belakang rumah tersebut terdapat tanah lapang yang digunakan untuk berlatih perang. Pengamatan Tribun Jogja, rumah Mustabillal terdiri dari tiga bagian yakni rumah induk, musala, dan sebuah tanah lapang berukuran kira-kira sama dengan ukuran lapangan futsal.
Bagian belakang rumah tertutup pagar dari anyaman bambu setinggi sekitar 3 meter. Di lapangan tersebut terdapat pepohonan yang cukup rindang dilengkapi dengan sejumlah peralatan mirip peralatan out bond.
Ada sebuah pohon yang dipasang tali dari karet untuk latihan memanjat, balok titian dari bambu, dua barbel dan kayu untuk latihan memukul.
Menurut pengakuan warga sekitar, Ngatino, ia sering melihat Mustabillal bersama sejumlah temannya berlatih perang di halaman belakang rumah pada malam hari.
Ia mengaku sering mengintip latihan itu dengan berpura-pura memancing di sungai kecil di belakang rumah tersebut. "Saya sering pura-pura mancing di belakang rumah dan melihat mereka berlatih perang. Biasanya dilakukan malam hari," akunya.
Selain itu, lanjut dia, warga juga tidak terlalu mengenal keluarga Mustabillal karena jarang srawung dengan warga. Mustabillal dan teman-temannya juga sering melakukan sweeping kepada orang-orang yang mabuk di kawasan sekitar kampung.
"Mereka juga sering melakukan sweeping ke orang-orang kampung yang mabuk," ujarnya.
Geledah bengkel
Sore harinya, Tim Densus 88 juga menggeledah sebuah bengkel servis kompor gas regulator di Mojosongo, Solo. Ketua RT 02 RW 31, Tegalarum, Mojosongo, Jebres Solo, Sarmidi mengaku pemilik bengkel merupakan warga pendatang yang tinggal sekitar tiga bulan yang lalu.
Kepada dirinya, pemilik bengkel mengaku bernama Harun Nur Rasyid. Penyewa bengkel tersebut datang bersama seorang istri dan anaknya.
Menurut Sarmidi, bengkel tersebut sebelumnya merupakan bengkel yang mangkrak. Si penyewa sudah mengajukan izin ke pihak RT. Hanya saja saat melapor Harun tidak meninggalkan tanda pengenal apapun.
Sebelum penggeledahan yang dilakukan pada sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Kepolisian terlebih dahulu melakukan penangkapan pemilik bengkel. Saksi mata, Heri W (31) mengaku melihat sejumlah petugas kepolisian berpakaian preman datang dan menangkap empat orang yang ada di bedeng berpagar seng itu.
"Satu orang berhasil lari, tapi tak lama kemudian dikerjar polisi dan berhasil di tangkap," kisahnya.
Warga RT 01 RW 31 Tegalarum Mojosongo Jebres Solo itu, mengaku tidak menaruh curiga dengan aktifitas Harun di bengkelnya. Namun, ia sering melihat ada pertemuan kecil di bengkel tersebut.
"Bengkelnya nggak selalu buka. Kadang buka, kadang tutup nggak mesti. Saya juga sering lihat ada pertemuan di sana, yang saya titeni selalu ada motor Thunder warna biru," katanya.
Lurah Mojosongo, Agus Triyono selaku saksi dalam penggeledahan juga mengaku melihat petugas menyita sebanyak 14 item barang bukti dari bengkel tersebut.
Beberapa di antaranya yakni lima tabung kicil dari besi, bubuk belerang, pupuk urea, rangkaian kabel elektronik, senapan angin, arang dan korek api. Selain itu petugas juga mengamankan sebuah kendaraan bermotor merk Suzuki Thunder bernomor polisi BH 5872 KT.
Kedubes AS Jadi Target
Ada empat tempat yang akan dijadikan sasaran pengeboman kelompok teroris Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia (Hasmi) pimpinan Abu Hanifah.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Suhardi Alius mengatakan, bom-bom yang sudah dirakit jaringan teroris ini akan diletakkan di Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), Plaza 89 di Jakarta dengan sasaran Kantor Kedubes Australia dan Kantor Freeport, dan Markas Korps Brimob Srodol, Jawa Tengah.
"Itu hasil dari interograsi terhadap mereka," ujar Suhardi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (27/10).
Mengenai waktunya, Kadiv Humas belum mengetahuinya karena saat ini para pelaku masih diperiksa intensif Densus 88 untuk mengembangkan kemungkinan adanya kelompok lain dalam jaringan tersebut. "Kita masih dalami untuk waktunya kapan," ujar Suhardi.
Penangkapan terhadap para pelaku teror jaringan Hasmi diiawali dengan ditemukannya sebuah bom di Madiun, Jawa Timur, tepatnya di perumahan Puri Amarta Resident Blok B3, Kecamatan Taman, Kota Madya Madiun pada 26 Oktober 2012.
Kemudian Tim Densus 88 Antiteror Polri langsung bergerak cepat dengan menangkap dua tersangkanya di Madiun sekitar pukul 20.00 WIB atas nama Agus Anton alias Thoriq dan Warso alias Kurniawan.
Setelah itu, pada pukul 11.00 WIB secara serentak ditangkaplah beberapa orang di berbagai tempat Solo, Bogor, dan Jakarta.
Entah kapan didirikannya kelompok ini, saat ini pihak Densus 88 Antiteror Polri masih mendalami keberadaan kelompok pimpinan Abu Hanifah ini. "Ini kelompok baru. Keterkaitannya dengan kelompok lain ini masih didalami," ungkapnya. Hanya saja bila melihat dengan sejumlah bom yang berhasil ditemukan, kemungkinan kelompok ini sudah lama berdiri.
Sedang Hamil, Istri Nanto Ikut Diperiksa
Tim Densus 88 Polri menangkap terduga teroris Nanto alias NT dari rumah milik Narlis di Jalan Kebon Kacang 14 Nomor 9, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (27/10) pada pukul 12.15 WIB. Diketahui, NT dan istrinya, Fenti, tinggal di rumah kontrakan, di Jalan Kemanggisan Pulo Jalan Kemanggisan Pulo, Palmerah, Jakarta Barat.
Saat penggeledahan di rumah kontrakannya, Penti datang dengan dikawal sejumlah polisi. Ia berada di dalam rumah kontrakannya sekitar satu jam lamanya.
Setelah petugas dari Labfor menyudahi penggeledahan, polisi menggiring Fenti ke dalam mobil Avanza silver bernomor polisi B 1021 BZS untuk selanjutnya dibawa ke Polda Metro Jaya.
Penti yang mengenakan jilbab merah jambu dan membawa tas kuning, menolak berkomentar mengenai penggeledahan di tempat tinggalnya. Ia berjalan cepat menuju mobil sembari menutup wajah.
Sejumlah warga mengetahui bahwa saat ini Penti tengah hamil tiga bulan. "Dia lagi ngidam, kandungannya tiga bulan," kata Maryuningsih (50), tetangga Nanto dan Fenti.
Sebelumnya, pihak Polda Metro Jaya menyatakan bahwa Nanto alias NT diduga anggota Jemaat Anshorut Tauhid (JAT) organisasi bentukan Abubakar Ba'asyir.
NT sendiri ditangkap di rumah orangtuanya, kawasan Kebon Kacang saat membagikan daging kurban. "Pas membawa plastik berisi daging kurban untuk tetangga, langsung ditarik oleh Densus 88 berpakaian preman. Habis itu dia dibawa masuk ke dalam mobil," ujar keponakan NT, Arif Fahriansyah.
Sontak saja penangkapan NT membuat kaget keluarga, termasuk masyarakat yang sedang berkerumun di sekitar Masjid Baitul Karim, karena menunggu jatah kurban. Apalagi, saat penangkapan, Densus 88 Antiteror membawa senapan M16.
Menurut Arif, NT adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Keluarga tak percaya atas penangkapan ini mengingat sehari-hari NT dekat dengan keluarga dan bergaul dengan lingkungan sekitar.
News Analys
Beda Fatwa
Al Chaidar
Pengamat Terorisme
SEBELAS terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di empat kota itu, bagian dari jaringan kelompok lama. Kelompok Hisbah Solo, sayap dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Jadi, ini kelompok lama, pimpinan Badri Hartono yang ditangkap September lalu di Solo.
Kelompok Hisbah ini tidak berhubungan dengan kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Meski Badri pernah ikut pelatihan di Poso, namun dia tidak mau bergabung.
Itu karena kultur dan fatwa kelompok Hisbah berbeda, yaitu lebih visioner ketimbang kelompok Poso yang hanya membuat aksi teror bersifat lokal, kedaerahan.
Polisi menangkap kelompok ini berkejaran dengan waktu. Aksi mereka akan dilakukan pada akhir tahun. Yang menjadi target aksi teror kelompok ini, Kepolisian dan kantor perwakilan negara asing.
Pemilihan akhir tahun untuk melancarkan aksinya, karena pada pergantian tahun banyak perayaan yang membuat aparat dan masyarakat lengah.
Mengapa pula mereka memilih satu lokasi Madiun sebagai tempat merakit bom dan lainnya, tujuannya untuk menghindari pengawasan Kepolisian. Selama ini yang masuk pantauan polisi, kan daerah basis pergerakan kelompok Islam.
Madiun ini bukan basis pergerakan Islam. Kalau dirunut sejarah, Madiun lebih pada basis komunis. (TRIBUN BATAM CETAK)
Sasar 4 Kota
Madiun
*Pukul 20.00 WIB, Jumat (26/10), Densus 88 menangkap Agus Anton alias Thoriq dan Warso alias Kurniawan di Perumahan Puri Amarta Residence, Kecamatan Taman, Kodya Madiun
*Barang bukti bom siap ledak, bahan baku bom dan buku panduan pembuatan bom.
Solo
*Pukul 23.00, Densus 88 menangkap Abu Hanifah, Harun dan Pujianto alias Ari alias Ahmadun.
*Abu Hanifah, pimpinan Haraqah Sunni untuk Masyarakat Indonesia (HASMI) ditangkap di Jl Lawu Timur, Mojosongo, Jebres.
*Pujianto yang membonceng Hafinah ditangkap di tempat sama.
*Harun ditangkap di Jl Sumpah Pemuda, Dukuh Bondowoso, Mojosongo
*Barang bukti bahan peledak, baik yang siap maupun dalam perakitan.
Bogor
*Dari pengembangan Madiun dan Solo, Densus menangkap Emir alias Emirat, dan Zainuddin di Jl Neglasari Kidul, Kelurahan Leuwimekar, Leuwiliang
*Tim Densus mengejar komplotan Emir, Usman dan menangkapnya di daerah Cikaret, Leuwiliang.
*Barang bukti bahan-bahan pembuatan dan perakitan bom, sejumlah amunisi, detonator.
Jakarta
*Bersamaan penangkapan Emir cs di Bogor, tim Densus 88 menangkap dua terduga teroris di Jl Palmerah Barat, Jakarta, Azhar dan Herman.
*Pengembangan penangkapan ini, tim Densus kemudian menangkap Anto di Kebon Kacang, Jakarta Pusat.
*Barang bukti bahan-bahan pembuatan dan perakitan bom. (tribunnews/adi)
Target Pemboman
*Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat di Surabaya
*Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta
*Plaza 89 di depan Kedutaan Besar Australia, di mana ada Kantor Freeport di sana
*Mako Brimob di Jl Srondol, Jawa Tengah. (TRIBUN BATAM CETAK)
Anda sedang membaca artikel tentang
Satu Teroris Sempat Kabur
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2012/10/satu-teroris-sempat-kabur.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Satu Teroris Sempat Kabur
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar