BBM Naik, Kita Harus Ubah Kebiasaan

Written By Unknown on Jumat, 28 Juni 2013 | 12.42

BATAM, TRIBUN - Pemerintah sudah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Kendati sebagian masyarakat melakukan demonstrasi, harga BBM tetap saja naik. Harga premium menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan mempengaruhi kenaikan harga barang yang lainnya.

Beberapa hari setelah diputuskan, biaya transportasi naik signifikan. Di Kota Batam misalnya, tarif angkutan umum naik sebesar 2,75 persen. Menyikapi hal ini, pemerhati sosial masyarakat Indonesia dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Prof DR H Moeljadi Pudjosumarto SE SU MSi MSc meminta masyarakat tetap tenang dan santun. 

Dikatakan Moeljadi, kebijakan pemerintah menaikan harga BBM berdasarkan rumusan dan perhitungan tertentu. Tidak ada salahnya masyarakat mengeluarkan aspirasi dan melakukan perlawanan kenaikan harga BBM. Hanya saja, setelah pemerintah didemo, harga BBM tetap naik dan kebutuhan lain juga ikut naik. Sedangkan penghasilan atau gaji seseorang tidak naik.

Menurut guru besar bidang ekonomi ini, ada kiat khusus dalam menyikapi kenaikan harga akhir-akhir ini, salah satunya mengubah mindset. Jika harga barang naik tentu saja biaya operasional akan bertambah. Walau demikian, tidak ada salahnya mengurangi biaya pribadi secara perlahan-lahan. Caranya dengan mengubah pola pikir dan perilaku sosial.

Sederhananya pola mandi, makan, belanja, jalan-jalan atau kegiatan lainnya dikurangi. Cara mandi misalnya, bila biasanya sehari mandi empat kali maka dikurangi. Kemudian jika setiap mandi membutuhkan 20 gayung air maka dikurangi menjadi 10 gayung. Atau kegiatan yang dirasakan mengeluarkan anggaran dan energi juga harus dikurangi.

"Seseorang selalu berfikir mandi dengan 20 gayung lebih bersih, padahal jika dengan 10 gayung sama-sama bersih kenapa tidak dilakukan. Ini hanya sekedar mindset dan kebiasaan. Untuk melawan kebiasaan memang tidak mudah, tetapi cobalah untuk diubah, dijamin akan ada penghematan," ujar Molejadi kepada Tribun Batam, kemarin.

Selanjutnya menyeimbangkan produksi dengan kebutuhan. Misalnya bulan puasa, masyarakat akan menyambutnya dengan mulai mencari segala kebutuhan pokok untuk persediaan. Hal ini menyebabkan pola konsumsi dalam masyarakat mengalami perubahan. Semula pola konsumsi hanya untuk sesaat akan berubah menjadi pola konsumsi kebutuhan jangka lama.

Upaya masyarakat memenuhi kebutuhan jangka waktu lama dengan meningkatkan persediaan barang menyebabkan konsumsi dalam masyarakat menjadi meningkat pesat. Jika pemenuhan kebutuhan dan persediaan untuk jangka waktu yang lama tidak seiring dengan ketersediaan barang-barang maka kebutuhan barang menjadi langka, cepat habis, dan lenyap.

Kelangkaan barang kebutuhan di pasar-pasar mengakibatkan masyarakat panik. Kepanikan dalam memeroleh barang kebutuhan akan memengaruhi proses jual-beli di pasar-pasar. Akibatnya harga barang kebutuhan masyarakat di pasar-pasar menjadi bergejolak dan naik. Peristiwa kenaikan harga-harga barang sudah sering terjadi dan berulang-ulang.

Untuk mengatasi peristiwa kenaikan harga-harga diperlukan peranan penting sektor produksi barang kebutuhan masyarakat. Kepentingan sektor produksi adalah meningkatkan jumlah produksi barang-barang kebutuhan masyarakat pada saat terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat. Peranan sektor produksi harus lebih tanggap terhadap peristiwa kenaikan harga.

Operasi pasar misalnya, disinyalir dapat menekan inflasi. Sebab kenaikan harga kebutuhan pokok biasa diikuti inflasi. Pemerintah seharusnya mewaspadai gejolak harga pangan khususnya beras. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa setiap menjelang Ramadan dan hari Raya Idul Fitri harga-harga selalu mengalami kenaikan yang tidak terkendali.

"Menjelang Ramadan tahun ini, beberapa harga bahan pokok sepertinya akan terus mengalami kenaikan. Telur, ayam, dan terutama beras. Perubahan harga kebutuhan pokok khususnya beras harus segera direspon oleh pemerintah. Menjelang Ramadan kebutuhan konsumtif masyarakat kian tinggi, bila tidak ada operasi pasar maka harga dikhawatirkan akan terus melambung," ujar Moeljadi.

Harga bahan pokok biasanya akan mengalami kenaikan menjelang Ramadan. Menurut Molejadi, hal ini tidak terlepas dari pengusaha dan distributor bahan pokok yang diduga 'nakal'. Peningkatan permintaan masyarakat dan keterbatasan stok dijadikan alasan bagi mereka untuk menaikkan harga. Makanya pemerintah wajib mewaspadai aksi penimbunan stok bahan pokok.

"Tindakan seperti itu perlu dilakukan agar ketersediaan dan harga sembako tidak melambung yang dapat mengusik ketenangan masyarakat, khususnya setelah kenaikan harga BBM," jelasnya.


Anda sedang membaca artikel tentang

BBM Naik, Kita Harus Ubah Kebiasaan

Dengan url

http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/06/bbm-naik-kita-harus-ubah-kebiasaan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

BBM Naik, Kita Harus Ubah Kebiasaan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

BBM Naik, Kita Harus Ubah Kebiasaan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger