Maturiang Tinggal di Gubuk Selama 30 Tahun

Written By Unknown on Sabtu, 29 Juni 2013 | 12.41

Laporan Tribunnews Batam, Ahmad Yani

BINTAN, TRIBUN - Maturiang (76), warga Kampung Sekar Jaya, RT 16 RW 05 Desa Toapaya, Kecamatan Toapaya, Bintan, Kepri, selama 30 tahun tinggal di gubuk. Rumahnya ini tak layak untuk menjadi sebuah tempat tinggal.

Itulah yang mampu dilakukan Maturiang. Rumahnya sangat menyedihkan. Dinding rumah hanya terbuat dari kayu bekas dan seadanya. Begitu juga dengan kondisi atap gubuk Maturiang yang menggunakan terpal bekas.

Atap yang berasal dari terpal, ketika musim hujann gubuk atap rumah Maturiang bocor. Ia terkadang basah kuyup ketika hujan datang. Yang paling menyedihkan, ketika hujan terjadi pada malam hari, Maturiang harus kedinginan dan tidur dengan bersimbah air.

Di usianya yang sudah cukup tua, Maturiang harus menderita dengan nasibnya ini. Tak hanya itu saja, ketika hujan melanda, Maturiang kerab memindah-mindahkan gubuk di lokasi sekitar.

Saat membangun gubuknya, Maturiang harus bisa memastikan gubuknya tidak hancur ketika terjadi angin kencang maupun hujan.

Ketika membangun gubuknya di bawah pohon yang besar, ia hanya melakukan sendiri tidak ada bantuan dari siapapun. Berpindah-pinda gubuk ini guna memastikan tidak terjadi kebocoran ketika angin dan hujan datang.

Bahkan untuk meneruskan hidup ini, Maturiang harus bekerja mengambil upah membersihkan rumput dan kebun warga. Dari pekerjaan membersihkan rumput di rumah warga maupun di Kebun, kakek tua ini hanya berpenghasilan Rp 5 hingga Rp 10 ribu.

Kendati ia sudah menetap lama di Kabupaten Bintan dan sudah memiliki Kartu Keluarga (KK) Bintan. Walau saat ini banyak bantuan berupa pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH).

Namun rumah Maturiang belum tersentuh bantuan tersebut. Memang gubuk yang ia tempat itu bukan tanah miliknya, ia hanya menumpang.

"Sudah 30 tahun saya tinggal di sini, hujan, badai, hingga petir, di gubuk inilah saya tidur. Terkadang basah-basah dan tidak dapat tidur. Tapi gimana lagi nak, nasib kakek sudah seperti ini," rintih kakek berusia 76 tahun ini.

Memang Maturiang tidak pernah berkeluarga, hanya ada seorang keponakannya yang tinggal di Bintan. Namun si keponakanya itu jarang datang menjenguk si kakek tua itu.

"Kalau bantuan ada, setiap enam bulan sekali saya dapat Rp 800 ribu," aku Maturiang.

Tampak kedua bola mata kakek ini tidak sedikit pun menyiratkan rasa sedih. Ia akui, walaupun tinggal di gubuk, hal itu tidak melemahkan semangatnya untuk bertahan. Dari mencari nafkah, mengambil air, hingga memasak. Semuanya ia lakukan sendiri.


Anda sedang membaca artikel tentang

Maturiang Tinggal di Gubuk Selama 30 Tahun

Dengan url

http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/06/maturiang-tinggal-di-gubuk-selama-30.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Maturiang Tinggal di Gubuk Selama 30 Tahun

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Maturiang Tinggal di Gubuk Selama 30 Tahun

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger