Laporan Tribunnews Batam, Muhammad Ikhsan
BINTAN, TRIBUN - Sistem silvofishery untuk melestarikan hutan mangrove saat ini sedang dikembangkan. Cara ini sebagai model tambak udang dan ikan bandeng di Sei Tiram, Desa Penaga, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.
Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Kharisma Bintan, Ady Indra Pawennari mengatakan, sistem silvofishery atau mereformasi lingkungan.
Tekniknya dengan menanam bakau di dalam tambak udang dan ikan bandeng menjadi salah satu upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kelestarian hutan mangrove bagi kehidupan manusia dan biota lainnya.
Pengembangan tambak udang dengan sistem silvofishery yang memadukan hutan mangrove jenis bakau dan api-api di dalam tambak udang dan ikan bandeng.
Cara ini merupakan hasil kerja sama Kelompok Tani dan Nelayan Kharisma Bintan dengan perusahaan asal Jepang YL Invest Co Ltd di bawah komando, Naoto Akune.
"Konsep silvofishery ini sudah dikembangkan YL Invest Co Ltd bekerjasama Akademi Perikanan Sidoarjo (APS) di Pasuruan, Jawa Timur. Di sana banyak tambak udang yang ditinggalkan pemiliknya karena tidak bisa lagi menghasilkan karena penggunaan pupuk dan bahan kimia yang berlebihan.
Tapi, setelah ditanami mangrove jenis bakau dan api-api, pertumbuhan udang dan ikan bandeng menjadi bagus. Karena itu, petani menggarap kembali tambaknya," ujar Ady kepada BNews (Tribun Network), Senin (29/7/2013).
Pria yang merupakan pioneer pengembangan tambak udang dan ikan bandeng di Kepulauan Riau ini menjelaskan, model pengembangan tambak udang dengan sistem silvofishery memanfaatkan fungsi ekosistem mangrove.
Ia bekerja sebagai biofilter polutan yang dapat mencegah terjadinya pencemaran air, meningkatkan kesuburan tanah tambak udang dan memudahkan tumbuhnya plankton yang merupakan sumber makanan alami bagi udang dan ikan bandeng.
"Jadi, sistem silvofishery yang sedang dikembangkan bekerja sama YL Invest Co Ltd di Bintan ini adalah pola memertahankan vegetasi mangrove seluas 60 persen dan area kosong yang dijadikan kolam untuk budidaya udang dan ikan bandeng seluas 40 persen," sebut dia.
Untuk tahap awal, luas areal tambak udang yang sudah dikembangkan dengan sistem silvofishery di Bintan sekitar 2 hektar.
Seluas 60 persen atau 120.000 meter persegi ditanami bakau sebanyak 8 ribu pohon. Sisanya 40 persen atau 8.000 meter persegi dijadikan kolam untuk tempat budidaya udang dan ikan.
Direncanakan, akhir tahun ini sudah mencapai luas 20 hektar.
"Sistem silvofishery pada tambak udang ini cukup bagus. Jadi, udang dan ikan seolah-olah hidup di habitat aslinya. Satu sisi, pada saat musim panas, udang dan ikan dapat berteduh di bawah pohon bakau.
Di sisi lain, akar pohon bakau menyediakan makanan alami bagi udang dan ikan," kata Ady.
Ia mengatakan, luas areal tambak udang dan ikan bandeng yang akan dikembangkan dengan sistem silvofishery di lokasinya bisa mencapai 100 hektar.
Anda sedang membaca artikel tentang
Bandeng Cepat Berkembang Pesat
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/07/bandeng-cepat-berkembang-pesat.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Bandeng Cepat Berkembang Pesat
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Bandeng Cepat Berkembang Pesat
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar