Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria Silitonga
BATAM, TRIBUN - Di saat ibukota negara, Jakarta, perlahan-lahan berhasil menata kawasan Pedagang Kaki Lima (PKL) Tanah Abang, hal sebaliknya justru terjadi di Batam.
Bagaimana tidak, jalanan di sepanjang kawasan Ramayana, Jodoh hingga pasar Tos 3000 yang seharusnya menjadi tempat lalu lintas kendaraan, malah sudah beralih fungsi menjadi lapak bagi PKL.
Para pedagang baju seken menjamur memadati jalanan umum tersebut. Parahnya lagi, dua jalur jalanan, dipakai secara paksa oleh pedagang-pedagang tersebut untuk menjajakan dagangannya. Jangankan kendaraan beroda empat atau roda dua, untuk manusia berjalan kaki di lokasi itupun sudah terasa sesak.
"Sekarang kalau mau belanja ke dalam pasar Samarinda sudah susah kalau naik motor lewat Panaroma Hotel. Terpaksa harus mutar jalan. Atau sekalian jalan kaki dari ujung sini sampai ke sana," ungkap Anto, salah seorang warga yang sedang melintas, baru-baru ini.
Menurut keterangan pria itu, kondisi ini baru-baru saja menjadi parah seperti sekarang. Diakuinya, dulu PKL pun sering membuka lapaknya di jalan, namun tidak seramai saat ini dan hampir memakan seluruh badan jalan.
"Dulu paling tukang sayur aja yang sampai ke jalan. Itupun cuma yang bagian depan tos 3000 saja. Kalau yang seken-seken ini paling hari Minggu baru tumpah ruah. Sekarang, setiap hari mereka dagang dan meluap di jalan," kesalnya lagi.
Tidak tahu pasti siapa yang memulai inisiatif untuk berdagang di sepanjang ruas jalan itu, namun berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, untuk berdagang di sana para PKL tidak sembarangan mendapatkan tempat.
Mereka bahkan harus mengeluarkan kocek hingga jutaan rupiah untuk dapat menjajakan dagangannya. "Susah cari lapak di sini lagi. Semua sudah ada yang punya," ujar Nurma salah seorang pedagang baju seken di lokasi.
Sambil melipat-lipat pakaian bekas dagangannya, wanita yang mengenakan masker penutup mulut itu menyebutkan bahwa untuk mendapatkan lapak, pedagang harus berani mengeluarkan uang Rp 3 juta hingga Rp4 juta rupiah.
Meski begitu, ia tak tahu pasti, siapa oknum yang telah memperjualbelikan jalanan umum itu sebagai lapak pedagang.
"Nggak tahu saya kalau itu. Ada juga yang beli sama pemilik lamanya. Kayak ini saya beli Rp 4 juta dulu sama yang pemilik awal. Dulu dagang juga, tapi habis itu mau pulang kampung katanya. Makanya dijual ke saya," ungkapnya.
Cukup sekali bayar, kata Nurma, dirinya sudah boleh memiliki lapak itu sampai selama-lamanya.
"Yah sampai kita bosan dan nggak mau dagang lagi. Setiap hari buka, dari pagi jam tujuh sampai siang jam dua belasan kami tutup," terangnya.
Tak cuma itu, setiap harinya pedagang kaki lima itupun masih dibebankan biaya kebersihan. Untuk itu masing-masing mereka harus mengeluarkan uang Rp 2.000 per hari.
"Kebersihan saja. Sama tukang sampahnya. Keamanan nggak ada," tambahnya lagi.
Selain baju-baju seken, berdasarkan pantauan, para pedagang kaset vcd bajakan, maupun tas dan sepatu ikut memadati jalanan umum itu.
Rudi Akan Relokasi PKL
Wakil Wali kota Batam, H Rudi SE MM masih berusaha mempersiapkan lahan untuk merelokasi para Pedagang Kaki Lima (PK5) di sepanjang jalan Jodoh. Namun sayangnya, hingga kini ia belum juga mendapatkan lahan yang cocok bagi PK5 tersebut.
"Kami siap merelokasi tapi tempat relokasinya ada di mana? Tapi, PKL Jodoh itu sudah kami data, termasuk yang di Taman Boulevard sudah kami benahi dan masih ada juga yang di pasar Tos 3000," ujar Rudi yang ditemui di depan Gedung Pemko Batam, Senin (19/8/2013).
Menurutnya, ada satu tempat relokasi yang tepat di samping pasar induk. Tapi sampai sekarang, pasar induk diakuinya bukan milik Pemko Batam sendiri. Melainkan salah satu aset BP Batam.
"Sudah pernah kami hubungi Pak Agus Hartanto dari BP Batam. Tapi belum ada tanggapan. Kami juga berharap ini cepat selesai. Dan Pak Wan Darusalam selaku ketua tim dari kami, kami minta supaya cepat menyelesaikan," tambah Rudi.
Ia berharap, pemerintah yang ada di Batam dapat duduk bersama untuk cepat menyelesaikan permasalahan itu.
Menurutnya, untuk PKL yang berdagang di trotoar hanya boleh untuk pedagang kering. Sementara, di Tos 3000 kebanyakan pedagangan basah dan itu butuh lahan khusus.
"Di Jodoh tidak ada lahan lagi dan semua sudah milik investor. Yang ada hanya pasar induk saja dan itu ada sebagian milik investor dan mereka siap membantu untuk menyelesaikan itu," jelasnya.
Anda sedang membaca artikel tentang
PKL 'Kuasai' Jalan Umum di Jodoh
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/08/pkl-kuasai-jalan-umum-di-jodoh.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
PKL 'Kuasai' Jalan Umum di Jodoh
namun jangan lupa untuk meletakkan link
PKL 'Kuasai' Jalan Umum di Jodoh
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar