Laporan Tribunnews Batam, Dewi Haryati
BATAM, TRIBUN - Tak banyak bicara dan pemalu. Begitulah keseharian Ikno Heriansyah di mata keluarga, rekan dan tetangganya. Ikno lebih banyak tertawa sebagai bentuk komunikasinya.
Sementara untuk berkata-kata, hanya sesekali saja. Itupun setelah berbicara, ia akan menundukkan kepalanya. Begitu sosok Ikno di mata pamannya, Ahim.
"Dia pendiam, nggak ada buat-buat salah. Tapi itukan sepengetahuan kami. Nggak tahulah kalau di sana seperti apa," ucap Ahim ketika ditemui Tribun di warungnya, Jodoh, Batam, Minggu (13/12/2013) sore.
Hal serupa juga dikatakan tetangga almarhum. Di mata wanita ini, meski belum pernah berkomunikasi langsung dengan Ikno, ia mengenal almarhum sebagai sosok pendiam, kalem.
"Kalau namanya saya tidak tahu, karena belum pernah ngomong. Tapi kalau lihat orangnya saya kenal. Dia kan sering datang ke warung itu dengan istri dan anaknya. Mungkin ada hubungan saudara dengan pemilik warung. Anaknya juga kalau datang sering ke sini. Baik kok orangnya, pendiam, kalem," ucap seorang wanita yang tinggal di depan warung Ahim.
Menurut Ahim, Ikno baru sekitar 5 tahun belakangan ini tinggal di Batam. Sebelumnya ia tinggal di Sumbawa bersama orangtuanya.
Selama di Batam, Ikno sempat tinggal di warung milik Ahim di belakang kantor BRI, Jodoh. Namun setelah menikah, ia tinggal bersama istri dan anaknya di daerah Angkasa, Jodoh.
Selama tinggal di Batam, tak banyak aktivitas yang dilakukan lelaki berusia 25 tahun itu. Ia lebih cocok disebut pekerja musiman. Ikno pernah bekerja di tempat bongkar muat barang. Tak jarang ia juga bekerja sebagai pekerja bangunan. Itupun jika ada panggilan kerja.
"Pekerjaannya, pengangguran. Ya dia ada pekerjaan tapi tidak tetap," ucap Ahim.
"Aku juga pernah mengajak dia kerja, di tempat bongkar muat barang. Kadang jadi buruh bangunan, borongan. Kalau ada panggilan kerja, dia kerja, kalau nggak, ya nggak kerja," sambung seorang teman Ikno.
Ahim mengaku tak memiliki firasat apa-apa sebelum Ikno dinyatakan tewas ditembak Polisi Diraja Malaysia (PDRM). Saat itu Ikno diduga menjadi pelaku tindak pidana bersama tiga rekannya dari Batam.
"Empat hari sebelum dia meninggal, masih sempat teleponan. Ya biasa saja, tanya apa kabar," kata Ahim.
Iapun kaget tahu-tahu keponakannya itu muncul di berita salah satu televisi Malaysia sudah tak bernyawa. Dari nama, dan alamat yang tertera di paspor, Ahim yakin itu memang Ikno.
"Sudah yakin. Diakan juga sempat teleponan kasih tahu tinggalnya di mana. Ciri-ciri dia memang ada janggut, dan di siku kirinya ada tato laba-laba," katanya.
Ikno baru akhir September kemarin berangkat ke Malaysia. Namun sudah lebih kurang setahun ini, Ikno kerap bolak-balik Malaysia-Batam. Sepengetahuan Ahim, keponakannya itu bekerja sebagai pekerja bangunan di Malaysia.
Disinggung hubungan antara Ikno dan ketiga warga Batam lainnya yang ikut tewas ditembak dalam insiden itu, Ahim mengaku mengenal ketiganya. Afat, Wahyudi, dan Heri Setiawan adalah rekan Ikno. Mereka berempat sama-sama berasal dari wilayah Sumbawa.
"Kenallah, merekakan 1 perkumpulan juga, orang Sumbawa. Pernah juga main ke sini, tapi nggak sering-sering kali," kata Ahim seraya menyebut Afat dan Wahyudi tinggal di Cendana. Sementara Heri tinggal di Tanjung Piayu.
Namun Ahim tak tahu persis mengapa Ikno dan ke-3 rekannya itu, bisa berada di Malaysia dalam waktu hampir bersamaan. Keempatnya bahkan ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa.
"Mereka pergi nggak sama-sama kok. Tadi kata istri Heri, suaminya pergi di hari lain. Nggak sama dengan Ikno," lanjutnya.
Tewasnya Ikno yang ditembak Polisi Diraja Malaysia, tak membuat Ahim melayangkan tuntutannya untuk pengusutan kasus tersebut. Ia seperti sudah kecewa dahulu. Lantaran berdasarkan pengalaman, tak ada tindak lanjut dari kasus Warga Negara Indonesia yang tewas di Malaysia.
"Dulukan pernah juga ada orang Sumbawa yang ditembak, tapi ya begitulah. Makanya kami tak ada tuntutan apa-apa. Proses hukumnya direlakan saja. Yang penting jenazahnya dipulangkan," harap Ahim.
Menurut Ahim, Senin (14/10/2013) ini pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia akan melakukan otopsi terhadap jenazah Ikno, Afat, Wahyudi, dan Heri.
Saat ini keempat jenazah itu masih dalam kewenangan Polisi Diraja Malaysia. Sekitar pukul 11.00 waktu Malaysia, pihak KBRI diberi izin melakukan otopsi.
"Mungkin lusa (Selasa, 15 Oktober 2013) jenazahnya baru sampai ke Batam. Mau dibawa langsung ke Sumbawa," ujarnya.
Kepala Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Batam, Raja Kamarulzaman yang ditemui Tribun di lokasi, saat disinggung bentuk perhatiannya terhadap keempat warga Batam itu mengatakan, akan memberikan bantuan dalam hal kepulangan jenazah.
"Ya kita dulu, kalau jenazahnya diminta dipulangkan, kita uruskan," ucap Kamarulzaman singkat.
Anda sedang membaca artikel tentang
Ikno Dikenal Pemalu dan Pendiam
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/10/ikno-dikenal-pemalu-dan-pendiam.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Ikno Dikenal Pemalu dan Pendiam
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Ikno Dikenal Pemalu dan Pendiam
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar