Laporan Tribunnews Batam, Dewi Haryati
BATAM, TRIBUN - Dinas Sosial dan Pemakaman (Dinsospam) Kota Batam memulangkan 26 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bermasalah dan 2 balita ke daerah asalnya, Rabu (16/10/2013).
Diberitakan sebelumnya, pekerja migran yang dideportasi dari Malaysia ini berjumlah 37 orang. Terdiri dari 35 dewasa dan 2 balita.
Namun setibanya di Batam, 5 di antara TKI itu yang juga penduduk Batam, segera pulang ke rumahnya. Sementara 4 lainnya memilih pulang dengan dana pribadi ke daerah masing-masing.
"Total hari ini yang dipulangkan ada 28 orang. Dari 37 itu 5 di antaranya orang Batam, 4 lagi pulang naik pesawat, dananya dibantu keluarga mereka," ucap Nor Arifin, Kepala Bidang Jaminan Bantuan Sosial Dinsospam Kota Batam kepada Tribun, Rabu (16/10/2013).
Dari 26 TKI yang dipulangkan itu, 1 di antaranya adalah Rochani. Tenaga Kerja Wanita (TKW) ini sempat mengalami kesurupan di Shelter Dinsospam.
Diduga ia sering mengalami hal serupa di negeri Jiran lantaran pernah mendapatkan siksaan, bahkan hampir menjadi korban asusila.
"Dia pulang juga hari ini. Sudah baik mentalnya, nggak kumat lagi," ujarnya.
Keseluruhan TKI itu, dipulangkan melalui Kapal Motor Kelud tujuan Tanjung Priok, Jakarta.
Tak sendirian, dalam hal ini, Dinsospam Kota Batam juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat memulangkan pekerja migran yang mayoritas perempuan ini ke daerah asalnya.
"Nanti sampai di pelabuhan, ada yang menjemput mereka. Orang-orang kami juga," ujarnya.
Daerah asal yang akan dituju ke-26 TKI ini meliputi, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, dan beberapa daerah lainnya.
Pantauan Tribun, ekspresi gembira tampak dari raut wajah TKI ini sesaat akan meninggalkan Shelter Dinsospam Kota Batam. Puluhan koper dan tentengan plastik, mereka bariskan di depan pintu masuk shelter tersebut.
Rata-rata TKI ini mengaku tak ingin lagi bekerja sebagai TKI di Malaysia. Seperti penuturan Shinta, TKI asal Jawa Timur yang juga menjadi ketua rombongan TKI itu.
Ia yang sehari-harinya di Indonesia bekerja sebagai customer service justru menjadi pembantu rumah tangga dan guru di sana.
"Katanya mau dijadikan waitress, ternyata dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga dan guru. Gajinya RM 500, mana maulah. Hitungan haji guru di sana aja adalah RM 1.500," ucap perempuan yang sudah 7 bulan berada di Malaysia itu.
Tak ingin ke-26 TKI ini mengalami nasib serupa ke-2 kalinya, Arifin juga mewanti-wanti pekerja migran itu agar berhati-hari bekerja di negeri orang.
"Rata-rata mereka ini karena masalah ekonomi makanya ke Malaysia. Kami selalu sarankan, kedepannya, supaya mereka berhati-hati bekerja di negeri orang. Karena beda dengan negeri sendiri. Di sana susah kalau tak punya dokumen," pesan Arifin.
Rombongan TKI ini keluar dari Shelter Dinsospam sekitar pukul 12.50 WIB. Mereka bertolak meninggalkan Batam sekitar pukul 14.30 WIB.
Anda sedang membaca artikel tentang
Maaf! Kami Tak Ingin Kembali Ke Malaysia
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/10/maaf-kami-tak-ingin-kembali-ke-malaysia.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Maaf! Kami Tak Ingin Kembali Ke Malaysia
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Maaf! Kami Tak Ingin Kembali Ke Malaysia
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar