Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria Silitonga
BATAM, TRIBUN - Sejak awal anaknya didaftarkan bersekolah di SDIT Kartika, pihak yayasan telah meyakinkan kedepannya sudah tidak akan ada permasalahan lagi. Namun, di tengah jalan, proses belajar-mengajar di sekolah ini terkendala karena sengketa pribadi pemilik yayasan.
"Dulu itukan gara-gara suami istrinya, makanya jadi masalah. Sekarang tinggal antara pemilik yayasan Pak Subhan, dia itu pemilik lama. Dengan yang sudah membelinya Andi Tajudin. Tapi kenapa mereka masih terima murid baru? Saya dari awal daftar sudah dijanjikan tidak ada masalah lagi, sekolah nggak akan disegel, dan segala macam. Sekarang lihatlah?" ujar salah seorang wali murid di SDIT Kartika, Rabu (16/10/2013).
"Sudah keluar uang banyak, proses belajar mengajar tidak efektif. Baju nggak dapat, buku dapat sebagian. Ruang guru di kunci, guru-gurupun jadinya berkubu-kubu begitu. Ada yang kubu Subhan, ada yang Andi Tajudin. Ada yang naruh preman di sini, ada juga yang naruh PP. Kenapa jadi kami yang dirugikan," ungkapnya lagi.
Alhasil, akibat kemarahan wali murid, pihak kepolisian pun datang dan mengamankan situasi. Terakhir, pihak-pihak terkait membuka forum di dalam ruang aula sekolah. Dalam pembicaraan itu banyak orangtua yang menginginkan agar anak-anaknya dapat dipindahkan ke sekolah negeri.
Pasalnya, Dinas Pendidikan Kota Batam, yang dulunya sempat mengambil alih sistem belajar-mengajar di sekolah tersebut pun menyerah dan memilih keluar.
"Itu ibu kepala sekolah yang dulu ditunjuk Disdik pun malah keluar. Karena katanya di teror. Dari awal perjanjian di kantor polisi kan begitu, dua pihak ini menyelesaikan kasusnya, tapi proses mengajar anak-anak tetap jalan. Tapi sampai di pertengahan malah ada teror. Bahkan istilahnya kamipun kepolisian, diusir dibilang di sini tidak perlu ada polisi," cerita anggota kepolisian yang ikut dalam rapat bersama di sekolah itu.
Sementara itu, Sugiono dari pihak Disdik yang ikut dalam rapat itu mengatakan akan sangat sulit melakukan pemindahan siswa-siswi ke sekolah negeri.
"Kemungkinan untuk dipindahkan ke negeri kecil, jadi yang memungkinkan ke sekolah swasta. Kami sudah rapat dengan sekolah-sekolah swasta di sekitar sini. Hasil sudah ada, tapi proses tetap harus dilalui. Nggak bisa langsung didistribusi anak-anaknya," jelas Sugiono.
Pemindahan siswa-siswi, kata Sugiono bisa dilakukan jika memang dari pihak yayasan SD Kartika sudah tidak sempurna lagi proses belajarnya.
"Di sinilah tanggung jawab pemerintah. Kami siap kalau sistem administrasi sekolah ini tidak baik. Sekolah-sekolah di Batam Kota siap menerima anak-anak ibu. Siapa yang mau pindah kami jembatani," jelasnya lagi.
Namun begitu, kabar tersebut bukannya langsung disambut gembira oleh orangtua siswa. Pasalnya, meski dijembatani oleh Disdik, orangtua murid tetap akan dibebankan biaya dari masing-masing kebijakan sekolah swasta tersebut.
"Administrasi jelas tidak bisa, tapi kalau fasilitasi kami bisa. Kalau biaya kami nggak bisa menanggung seperti itu. Biaya tergantung dari sekolah masing-masing, dan bebannya ke orangtua masing-masing," jawab Sugiono yang langsung disambut lesu oleh para orangtua.
Anda sedang membaca artikel tentang
Orangtua Siswa Seperti Telur Diujung Tanduk
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2013/10/orangtua-siswa-seperti-telur-diujung.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Orangtua Siswa Seperti Telur Diujung Tanduk
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Orangtua Siswa Seperti Telur Diujung Tanduk
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar