PALEMBANG, TRIBUN - Sekolah elit dengan pungutan biaya selangit tidak menjamin siswanya mampu melaksanakan Ujian Nasional (UN) secara jujur dan objektif.
Justru tidak sedikit dari sekolah-sekolah favorit inilah lahir praktik kecurangan yang kerap mewarnai usaha penyelesaian studi siswa dengan memanfaatkan kekuatan uang dan kekuasaan.
Belakangan terungkap, ada sekelompok siswa dari SMA Negeri di Palembang yang berinisiatif mengumpulkan uang hingga berjumlah Rp30 juta untuk membeli paket soal UN yang akan berlangsung 14-16 April 2014 mendatang.
Di tingkat menengah pertama, siswa SMP swasta ternama menyiapkan guru privat untuk menjawab seluruh paket soal UN pada 5-9 Mei 2014.
Meski terkesan "lagu lama" karena sudah sering terjadi setiap tahunnya, namun setidaknya praktik ini mengindikasikan bagaimana profil sekolah elit di Bumi Sriwijaya ini.
AF, seorang siswi kelas XII IPA salah satu SMA Negeri di Palembang mengaku sudah menyetor uang Rp300 ribu kepada RI, teman satu sekolahnya, yang menjadi koordinator untuk membeli paket soal UN tersebut.
Menurut dia, paket soal rencananya akan dibeli dari seorang oknum yang terlibat dalam pengawalan paket soal di percetakan.
"Saya pribadi juga tidak tahu bagaimana bisa dapat soal tersebut, tetapi saya diyakinkan mendekati hari pelaksanaan ujian, soalnya sudah ada," kata AF kepada Sriwijaya Post (Sripo, Tribun Network) , Kamis (13/3/2014).
Pada awalnya, AF tidak begitu yakin bisa mendapatkan soal ujian tersebut. Namun pada tahun lalu dia mendengar kakak tingkatnya melakukan hal yang sama, dan benar-benar mendapatkan soal tersebut.
"Saya ikut ngumpul uang karena tahun lalu memang benar bisa," ujarnya.
RI yang disebut sebagai koordinator alias perantara, mengatakan, dia dijanjikan mendapat soal ujian dari seorang oknum yang ikut mengawal distribusi soal UN.
"Kebetulan dia anak buah ayah saya. Saya tidak tahu bagaimana bisa dapat, tetapi kami harus menyediakan Rp30 juta untuk mendapatkan soal tersebut secara utuh," katanya.
Menurut pengakuan RI, soal UN tersebut dijanjikan akan diterimanya beberapa hari sebelum pelaksanaan ujian dan sudah dapat mencari jawabannya terlebih dulu menggunakan buku ataupun referensi lainnya.
20 paket soal UN itu rencananya akan dikerjakan bersama-sama dengan seluruh siswa yang sudah mengumpulkan uang.
"Untuk patungan saya mengajak sekitar 100 teman saya dari seluruh kelas. Jadi patungannya sekitar Rp250 ribu hingga Rp300 ribu. Mereka menyanggupinya dan sekarang uang tersebut sudah saya serahkan pada ayah saya untuk kemudian diberikan pada anak buahnya," kata RI.
Guru Privat
Upaya mendapatkan paket soal UN ternyata tidak hanya dilakukan siswa SMA saja. Di tingkat SMP, praktik serupa juga terjadi.
Namun sejauh yang bisa diungkap, caranya berbeda. Kalau temuan Sripo di SMA berangkat dari inisiatif siswa, yang di SMP justru berasal dari orangtuanya dengan nilai tebus sama Rp30 juta.
Informasi tersebut berasal dari seorang guru privat Matematika berinisial RD. Tahun lalu, RD diminta menjawab seluruh paket soal UN mata pelajaran Matematika untuk muridnya yang sekolah di SMP swasta ternama di Palembang.
Soal itu bahkan sudah diterimanya seminggu sebelum pelaksanaan UN SMP. Meski sudah memiliki pengalaman mengajar Matematika, RD merasa masih kerepotan.
"Bukan karena menjawab materi soalnya yang sulit. Justru soal UN itu dirancang semudah mungkin untuk dikerjakan siswa. Tetapi, karena jumlah paketnya banyak, jadi saya harus jawab semua," katanya.
Awalnya ia juga mengaku sangat terkejut ketika siswa privatnya meminta untuk mengerjakan soal UN yang baru akan dihadapinya. Dari pengakuan siswanya itulah RD tahu, ternyata soal tersebut
dibeli dari rekan ayahnya yang ikut dalam tender pencetakan soal di Surabaya tahun lalu.
"Sebenarnya ini bukti orangtua yang tidak percaya pada kemampuan anaknya. Namun, karena saya dibayar untuk menjadi guru privatnya, mau tidak mau saya mengerjakan 600 soal tersebut (seluruh paket, red)," jelasnya.
Setelah dikerjakan di rumah, sehari menjelang ujian, RD memberikan kunci jawaban pada siswa privatnya tersebut dalam bentuk kopelan kecil. Jawaban dibuat serinci mungkin pada kertas dan dikelompokkan berdasarkan paket soal.
RD mengaku mendapatkan upah tambahan selain mengajar privat. Namun, ia enggan menyebutkan nominal uang yang ia terima dari hasil mencarikan jawaban soal tersebut.
"Lumayan sih uang yang saya terima dari menjawab soal itu. Tapi tidak sebesar biaya yang mereka keluarkan untuk membeli soal tersebut," katanya. Tahun ini pun RD yakin kembali dipercaya siswa privatnya untuk menjawab soal UN.
"Kemungkinan ya, saya masih mengajar siswa privat dari sekolah tersebut, meski berbeda keluarga. Yang kali ini kasusnya sama, orangtuanya tidak percaya kemampuan anak, sehingga harus membeli soal UN. Saya tetap terima, karena status saya sebagai guru privat bertanggung jawab hingga ia lulus ujian," kata RD.
Dari cerita atau pengakuan beberapa sumber Sripo tersebut, agaknya bisa dimaklumi jika banyak kabar kebocoran soal yang terdengar setiap pelaksanaan UN.
Untuk kemajuan pendidikan, semua pihak tentu berharap ini tidak perlu terjadi. Sebab siswa pada
umumnya juga diarahkan untuk bersiap menghadapi UN, baik dengan cara mengikuti pelajaran tambahan di sekolah atau di bimbingan belajar (Bimbel) maupun hal-hal lain yang memang dibolehkan.
Cetak Soal di Surabaya
Seperti yang sudah dijadwalkan, Ujian Nasional (UN) akan dimulai dengan pelaksanaan jenjang SMA sederajat pada 14-16 April 2014, kemudian disusul tingkat SMP sederajat pada 5-9 Mei 2014 mendatang. Jumlah peserta pun mengalami peningkatan.
SMA /MA sebanyak 69.386 siswa, SMK 24.421 siswa, dan SMP/MTS/SMPT 120.484 siswa. Jumlah paket soal ujian tetap sama seperti tahun lalu, yakni sebanyak 20 paket (variasi) soal.
Namun, jika dengan tahun lalu, seluruh soal dicetak di Surabaya, tahun ini soal dicetak di percetakan yang dibagi untuk delapan regional. Sumsel masuk dalam regional kedua bergabung dengan Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung.
Berdasarkan Rakornas yang digelar di Jakarta akhir Februari lalu, soal ujian untuk regional dua dicetak di Surabaya dan diharapkan dapat selesai sesuai jadwal yang ditentukan.
Ketua UN Sumsel 2014 Drs H Bonny Syafrian mengatakan, master soal yang akan dicetak sudah diserahkan ke percetakan dan diharapkan selesai pada akhir Maret untuk selanjutnya didistribusikan ke provinsi.
"Semoga selesai sesuai jadwal, 1 April soal seharusnya sudah berada di provinsi. Kemudian kita harapkan bisa segera didistribusikan ke seluruh kabupaten kota, serta langsung diserahkan ke sekolah masing-masing penyelenggara ujian," kata Bonny.
Kebijakan membuat paket soal menjadi 20 variasi dan berbeda tiap siswa dalam ruangan bukan tanpa tujuan. Itu untuk memperkecil kecurangan yang mungkin dilakukan siswa dalam pelaksanaan ujian.
Namun, ternyata kecurangan tetap saja terjadi, meskipun secara teori jumlah paket soal itu berbeda-beda antara siswa yang satu dengan lainnya. Upaya antisipasi pun sebenarnya sudah dilakukan
dengan melakukan pengawasan yang berlapis.
Tidak hanya menggunakan pengawas ujian sistem silang serta pengawas independen dari perguruan tinggi (PT), ketika soal sudah disimpan dalam lemari yang disegel di sekolah juga dijaga polisi.
"Kecurangan memang masih kita dengar, hal ini memang sulit dihindari. Namun, kita berharap dalam pelaksanaan ujian tahun ini dapat berjalan lancar tanpa adanya kecurangan seperti yang
dikhawatirkan," harapnya. (Sriwijaya Post/tim)
Jangan Terlalu Percaya
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2014 sudah semakin dekat. Siswa kelas XII SMA dan IX SMP sederajat diminta untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin, baik dengan mengikuti pelajaran tambahan atau mendalami materi melalui bimbingan belajar.
Upaya belajar yang sudah ditempuh siswa selama beberapa tahun di sekolah, tentu diharapkan menjadi modal yang cukup untuk sekadar melewati ujian akhir ini. Dengan begitu, mereka tidak perlu terpengaruh dengan isu kebocoran soal atau edaran kunci jawaban.
Bagi Sri Wahyuningsih (17), kunci jawaban mungkin saja berguna dalam menyelesaikan soal ujian. Tetapi, menurut dia, tidak perlu percaya sepenuhnya. Dia mengaku enggan jika diminta membayar
sejumlah uang untuk membeli soal ataupun kunci jawaban.
"Kan tidak semuanya benar. Saya juga tidak mau jika diminta membayar sejumlah uang untuk membeli soal, sayang uangnya," kata siswi kelahiran 31 Juli 1996 ini.
Sri yang juga memiliki segudang prestasi di bidang dance mengatakan, kunci jawaban yang beredar merupakan bentuk kecurangan yang seharusnya dihindari. Tetapi, jika di hari pelaksanaan ujian ia mendapatkan kunci, tetap akan diambilnya dan dijadikan perbandingan jawaban yang ia cari sendiri.
Siswa kelas XII IPA SMA Methodist 2 Palembang ini mengatakan, hingga saat ini belum mendengar desas-desus kunci jawaban yang akan beredar saat ujian. Begitu juga dengan ajakan patungan membeli soal.
Dari seniornya pun tidak terdengar desas-desus sama sekali jika ada soal atau kunci jawaban yang bisa dibeli, sehingga ia bersama teman-temannya tak terlalu berharap.
Ia mengatakan lebih memilih belajar sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil ujian terbaik. "Tidak ikut bimbel sih, tetapi di sekolah saja setiap hari sudah ada pelajaran tambahan hingga pukul 16.00 sore, jadi tidak sempat lagi ikut bimbel," ungkap remaja yang beralamat di kawasan Soak Bato, Sukabangun Palembang ini. (Sriwijaya Post/Damayanti Pratiwi)
Anda sedang membaca artikel tentang
Tebus Soal Ujian Nasional Rp30 Juta, Cari Jawaban Libatkan Guru Privat
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/03/tebus-soal-ujian-nasional-rp30-juta.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Tebus Soal Ujian Nasional Rp30 Juta, Cari Jawaban Libatkan Guru Privat
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Tebus Soal Ujian Nasional Rp30 Juta, Cari Jawaban Libatkan Guru Privat
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar