Laporan Wartawan Tribun Yudie Thirzano dari Rio de Janeiro, Brasil
RIO DE JANEIRO, TRIBUN - Lojakan lalu lintas antara dua kota terbesar di Brasil, Sao Paulo dan Rio de Janeiro selama Piala Dunia 2014, mendorong kenaikan biaya perjalanan hingga 1.000 persen!
Saya mencoba mengamati langsung situasi terkait harga tiket penerbangan Sao Paulo-Rio de Janeiro di Bandara Congonhas.
Bandara Congonhas Sao Paulo adalah bandara kedua di kota itu selain Bandara Internasional Guarulhos.
Jaraknya sekitar 36 km, melintang antara timur barat. Congonhas dikenal sebagai bandara yang lebih fokus melayani penerbangan antarkota di Brasil.
Saya ingin tahu bagaimana situasi penerbangan di dua kota terpadat di Brasil usai pertandingan pembukaan Piala Dunia 2014.
Sebab kini perhatian publik Brasil tertuju ke Rio de Janeiro menjelang laga Argentina vs Bosnia - Herzegovina, Minggu (15/6/2014).
Pendukung Argentina yang berada di Sao Paulo, dan ingin menyaksikan laga melawan Bosnis Herzegovina di Rio de Janeiro, bisa terbang dari bandara ini dengan waktu tempuh satu jam.
Di Bandara Congonhas, saya mendatangi konter maskapai penerbangan TAM. Ini adalah maskapai dengan jumlah loket pelayanan tiket terbanyak di Congonhas. Setelah menemukan konter yang tak terlalu padat, saya mengambil nomor antrean.
Tak menunggu lama, saya segera dilayani. Seorang kawan di Sao Paulo sudah mengingatkan saya agar jangan coba-coba melanggar budaya antre di Brasil.
Soal mengantre, orang Brasil memang tergolong tertib dan rapi. Tak pernah terlihat ada orang saling dorong saat 'berebut'memasuki kendaraan.
Kepada petugas ticketing, saya meminta agar menghitung biaya perjalanan dari Sao Paulo menuju Rio de Janeiro setelah pertandingan pembuka Piala Dunia, yakni 12, 13 dan 14 Juni.
Namun petugas mengatakan semua tiket penerbangan menuju Rio de Janeiro pada tanggal itu sudah ludes, kecuali tanggal 14 Juni. Itu pun hanya tersedia di bandara Internasiona Guarulhos.
Lebih gilanya, harganya juga ikut terbang tinggi, yakni mencapai 1.119 reais alias sekitar Rp5,6 juta. Saya kemudian membandingkan bila membeli tiket rute yang sama sebulan. Hasilnya turun drastis menjadi 180 reais atau sekitar Rp900 ribu.
Belum puas dengan penjelasan dari maskapai ini, saya beralih ke maskapai Azul. Di Azul saya menanyakan rute serupa.
Di maskapai ini juga hanya tersedia penerbangan pada 14 Juni. Harganya juga masih tergolong tinggi dibanding kondisi normal.
Untuk tiga jadwal penerbangan yakni 06.00, 08.30 dan 10.20 maskapai mematok harga 549 reais atau sekitar Rp 2,74 juta.
"Tapi kami tak punya penerbangan dari bandara ini. Anda harus ke Bandara Guarulhos, ada kendaraan bus kami dari bandara ini," kata Thassyo Silva, petugas ticketing Azul.
Sementara bulan depan di hari yang sama, cukup 145 reais atau Rp725 ribu. Perjalanan di luar Sao Paulo-Ri de Janeiro relatif lebih rendah.
"Di sini tak seperti di Indonesia. Harga tiket pesawat bisa naik tak karuan saat musim tertentu," kata Yustina, WNI yang sudah 6 tahun menetap di Rio de Janeiro.
Menurut Yustina, biasanya dia selalu dapat harga tiket Sao Paulo - Rio de Janeiro di bawah 100 reais.
"Saya selalu di bawah 100 reais. Ya sekitar 70 reais (sekitar Rp350 ribu)," kata Yustina.
Saya kemudian memeriksa moda transportasi lain. Saya mendatangi Terminal Tiete, Sao Paulo. Ini adalah terminal bus antarkota di Sao Paulo.
Sebenarnya bisa dibilang sebagai terminal antarnegara juga. Sebab tak hanya bus jurusan Rio de Janeiro yang tersedia, ada juga bus jurusan Cile, Paraguay dan Uruguay.
Harga tiket bus tak mengalami perubahan, meski di musim padat penumpang. Tarif tiket perusahaan bus Expresso Brasileiro dan Itapemirim menetapkan harga 74 reais.
Informasi yang saya terima, fasilitas keduanya sama saja. Perbedaan terdapat di jadwal, salah satu bus berangkat lebih lama.
Kemarin saya melihat suasana Terminal Bus Tiete tampak padat. Fans dari berbagai negara sekilas tampak mulai beredar.
Setelah menempuh perjalanan 7 jam, saya tiba di terminal bus Rodoviária Novo Rio di kota Rio de Janeiro pukul 20.00 waktu setempat.
Di sini mulai terlihat para fans Argentina sedang memasuki kota Rio de Janeiro.
Goyang Tango Messi dkk akan digelar malam ini sehingga para suporter bersiap menyaksikan laga perdana Argentina di Stadion Maracana.
Belum Tentu Asli
Bagi pecinta sepak bola sejati, menonton langsung pertandingan Piala Dunia 2014 di stadion menjadi magnet yang luar biasa.
Tak heran kalau mereka melakukan segala upaya untuk mendapatkan kesempatan empat tahun sekali tersebut.
Mereka ada yang rela mengantri hingga berjam-jam di loket penjualan, atau mengais keberuntungan melalui sistem pembelian online yang dilakukan federasi sepak bola dunia (FIFA).
Tidak hanya itu, faktor 'lucky' juga menjadi harapan bagi mereka yang nekat datang ke negeri Samba, tapi belum memegang tiket pertandingan apapun.
Hal itu saya lihat dan alami ketika datang ke Stadion Arena Corinthans, tempat laga Brasil kontra Kroasia, dini hari kemarin.
Di tengah ribuan penonton yang 'mengerubungi' stadion di kota Sao Paulo tersebut, terdapat segelintir orang, baik penduduk lokal ataupun warga asing, yang berdiri dengan menarik perhatian orang.
Mereka berharap ada yang tertarik untuk memberi tiket, dan hebatnya, sebagian besar 'bonek' tersebut sanggup membeli dengan harga berapapun.
Spirit untuk menjadi bagian dari sejarah dunia saya lihat dalam diri Harmen, seorang penggila si kulit bundar berkebangsaan Swedia.
Gadis keturunan Jepang ini sampai harus berjemur di akses jalan menuju pintu gerbang utama stadion.
Tak malu, dia mengangkat kertas berisi pengumuman kalau dirinya butuh tiket. Sesekali dia berteriak dan menyapa penonton yang lewat.
Caranya pun unik saat berkomunikasi, dan itu menunjukkan kalau dirinya siap seratus persen. Sat bertemu warga Amerika Latin di luar Portugis, Harmen berbicara dalam bahasa Spanyol.
Sementara kala bersua orang-orang Eropa, dia menyapa dengan bahasa Inggris.
"Saya akan memberikan senyuman bagi mereka yang berkenan memberi 1 tiket," tulis Harmen dalam Bahasa Inggris.
Harmen memperlihatkan tulisan itu ke arah datangnya penonton yang keluar dari kawasan Stasiun Metro Corinthians. Sebagian berhenti melihat Harmen, lalu mengarahkan kamera dan ponsel untuk memotret.
Saat saya temui, dia bercerita sudah sekitar sejam berdiri mencari tiket. Saya lalu bertanya, pernahkah dia berhasil dapat tiket dengan cara itu.
"Kita tak pernah tahu. Saya punya teman yang bisa masuk di 10 konser musik tanpa tiket dengan cara ini," sebut Harmen.
Menurutnya, keburuntungan bisa menjadi miliknya bila ada seseorang yang membutuhkan keperluan mendesak lalu membatalkan acara nonton di stadion.
"Misalnya ada yang sakit dan tak ingin nonton, dia akan serahkan tiket itu. Mungkin saja, kita tak tahu," ucap Harmen.
Apa yang dilakukan Harmen menjadi fakta kalau permintaan tiket sangat melonjak.
Menurut beberapa media lokal di Brasil, level kesulitan semakin tinggi, karena kalaupun ada tiket yang masih ada, selalu dinyatakan terjual habis. Padahal, harga tiket yang diincar para calon penonton tak murah.
Menurut riset yang dipublikasikan situs Viagogo, tiket termurah di Brasil 2014 ada di laga Bosnia-Herzegovina kontra Iran, yakni 18,91 dolar AS atau lebih dari Rp180 ribu.
Sementara dari hasil penelusuran, tiket termahal ada di partai final, yakni menembus angka 20,827 dolar AS atau lebih dari Rp200 juta per lembar!
Angka tersebut memang terbilang sangat mengejutkan. Namun dari beberapa orang yang saya temui, mereka tak terlalu mempedulikan harga, karena nilai sejarah menjadi lebih penting.
"Ketika selesai pertandingan, tiket itu akan kami simpan untuk menjadi kenangan. Tiket itu bisa menjadi bukti kalau sudah berstatus pelaku sejarah. Entah kapan lagi bisa merasakan atmosfer ini di Brasil," sebut seorang pemegang tiket.
Sebagai tambahan, Viagogo juga melacak permintaan tiket Piala Dunia 2014. Hasilnya, sebanyak 32 persen warga Uruguay mengincar, lalu Chile mencapai jumlah 25 persen dari total penduduknya, yakni sekitar 4 juta orang.
Sementara AS menjadi prosentase penyumbang paling sedikit yang mengincar tiket, yakni hanya 1,35 persen. Namun dari sisi jumlah pengincar, tetap saja AS cukup besar, yakni 4,3 juta orang.
Harmen hanya satu dari sekian banyak pencari tiket. Dari lokasi yang sama, tampak seorang perempuan Peru bersama ibunya mencari tiket dengan menulis pengumuman di secarik kertas.
Mereka juga agresif bertanya kanan kiri. "Saya dengar ada yang menawarkan 3.000 reais (Rp16 juta), tapi saya belum ketemu juga," katanya.
Seorang pria berseragam Brasil juga berteriak-teriak mencari tiket. Dia bersedia membeli tiket bila dijual. Kepada saya dia bilang, tak jadi soal berapa harga dijual. Namun toh tak juga ada yang datang menawari.
Setelah bertemu pria Brasil ini, seorang pria berbaju lengan panjang hitam justru mendekati saya menawarkan tiket seharga 3.000 reais.
Namun saat saya meminta dia menunjukkan tiket yang akan dijual, sang pria berkulit hitam itu buru-buru pergi.
"Mungkin dia takut ada polisi tadi," kata seorang pria warga Itaquera Sao Paulo yang ada di samping saya.
Menurutnya, meski mendapat tawaran tiket sepanjang Piala Dunia, penonton wajib waspada. Karena meski dijual dengan harga mahal, tak ada jaminan tiket yang diperoleh lewat calo atau pasar gelap itu asli.
"Saya juga dengar tiket naik sampai 3000 padahal harga awal 300 reais (sekitar Rp1,6 juta). Saya tak mau beli bila semahal itu," kata Julio, seorang mahasiswa dari Sao Paulo.
Sementara itu, Philipe, pemuda asal Itaquera sudah paham, menjelang pertandingan, tiket di pasar gelap yang diperoleh lewat calo justru makin mahal.
"Karena itulah saya tak mau beli tiket dengan cara seperti itu, karena pasti tak terjangkau," sebut Philipe, yang sudah memegang tiket laga Argentina vs Bosnia di Rio de Janeiro, Minggu (15/6/2014) mendatang.
Anda sedang membaca artikel tentang
Jelang Goyang Tango, Tiket Pesawat Terbang Tinggi
Dengan url
http://sriwijayaposting.blogspot.com/2014/06/jelang-goyang-tango-tiket-pesawat.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Jelang Goyang Tango, Tiket Pesawat Terbang Tinggi
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Jelang Goyang Tango, Tiket Pesawat Terbang Tinggi
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar