Laporan Tribunnews Batam, Muhammad Ikhsan
NATUNA, TRIBUN - Perangkat radio telekomunikasi berupa tower dan peralatan handy talkie (HT), rupanya banyak diperbantukan pemerintah pusat di beberapa pulau di Natuna.
Namun sayangnya, bantuan program nasional Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) ini tak teroptimalkan. Banyak yang kurang paham kegunaan dan fungsinya. Padahal angarannya bisa mencapai miliaran rupiah untuk pengadaan perangkat tersebut.
Komunitas Radio Antar-Pulau Indonesia (RAPI) Natuna yang mulai eksis kini mencoba untuk meningkatkan minat masyarakat dengan hobi ini. RAPI Natuna yang membentuk wadah bernama bantuan Komunikasi (Bankom), sudah punya beberapa anggota, mereka dilengkapi dengan peralatan HT sendiri.
Kegiatan-kegiatan tertentu dijadikan ajang untuk berpartisipasi secara sukarela, seperti kegiatan MTQ baru-baru ini, dengan mengaplikasikan hobi ini.
"RAPI sebenarnya organisasi pusat, di Natuna sudah ada sekitar 70 anggota. Kami senang berkomunikasi lewat HT, karena di samping tidak ada pulsa, peralatan ini cukup seru untuk diaplikasikan. Kita berkomunikasi dengan sandi-sandi," ujar Raja Darmika, Pembina RAPI Kabupaten Natuna, Jumat (29/11/2013).
Perkumpulan Radio ini sama halnya seperti ORARI, namun RAPI lebih fokus kepada kegiatan sosial. Sementara ORARI, lebih bersifat teknis bagaimana cara membuat antena dan sebagainya.
"Masing-masing anggota kan punya HT jadi kami kalau diminta membantu suatu perhelatan, ya kami turunkan tim. Atau ada yang lagi membutuhkan darah kita bisa berkomunikasi lewat radio lewat media HT ini. Memang hobi seperti tahun-tahun 1980-an, tapi ada keuntungan tersendiri yang bisa didapatkan di luar menggunakan ponsel," aku Raja.
"Saya lihat beberapa lokasi di pulau-pulau punya peralatan bantuan seperti tower, repeater hingga HT yang diperbantukan, namun karena tak terfungsikan, malah banyak yang rusak," sebut Raja lagi.
Ia pun sangat terbuka jika masyarakat bisa bergabung menjadi anggota tetap RAPI, khususnya nelayan. Syaratnya hanya dengan punya HT.
"Memang sih, nelayan sudah punya perangkat radio masing-masing, namun itu kan jarang termonitor langsung, kalau dengan ini kita bisa tahu apa saja yang diperbincangkan komunitas dalam frekwensi yang sama," ungkapnya
Raja mengaku punya program untuk melakukan audiensi dengan pihak Pangkalan TNI AL (Lantamal) dan nelayan yang bisa bergabung dengan komunitas Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) ini.
"Ya ini terkait kesadaran nelayan jika mereka tergabung dengan anggota, kan jika ada temuan-temuan kapal illegal dan aktivitas lainnya di laut, kita yang di darat bisa menginformasikan ke anggota lainnya hingga ke pihak Lantamal," sebutnya.
Laporan Tribunnews Batam, Muhammad Ikhsan
NATUNA, TRIBUN - Perangkat radio telekomunikasi berupa tower dan peralatan handy
talkie (HT), rupanya banyak diperbantukan pemerintah pusat di beberapa pulau di
Natuna.
Namun sayangnya, bantuan program nasional Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal (KPDT) ini tak teroptimalkan. Banyak yang kurang paham kegunaan dan
fungsinya. Padahal angarannya bisa mencapai miliaran rupiah untuk pengadaan
perangkat tersebut.
Komunitas Radio Antar-Pulau Indonesia (RAPI) Natuna yang mulai eksis kini mencoba
untuk meningkatkan minat masyarakat dengan hobi ini. RAPI Natuna yang membentuk
wadah bernama bantuan Komunikasi (Bankom), sudah punya beberapa anggota, mereka
dilengkapi dengan peralatan HT sendiri.
Kegiatan-kegiatan tertentu dijadikan ajang untuk berpartisipasi secara sukarela, seperti kegiatan MTQ baru-baru ini, dengan mengaplikasikan hobi ini.
"RAPI sebenarnya organisasi pusat, di Natuna sudah ada sekitar 70 anggota. Kami
senang berkomunikasi lewat HT, karena di samping tidak ada pulsa, peralatan ini
cukup seru untuk diaplikasikan. Kita berkomunikasi dengan sandi-sandi," ujar Raja
Darmika, Pembina RAPI Kabupaten Natuna, Jumat (29/11/2013).
Perkumpulan Radio ini sama halnya seperti ORARI, namun RAPI lebih fokus kepada
kegiatan sosial. Sementara ORARI, lebih bersifat teknis bagaimana cara membuat
antena dan sebagainya.
"Masing-masing anggota kan punya HT jadi kami kalau diminta membantu suatu perhelatan, ya kami turunkan tim. Atau ada yang lagi membutuhkan darah kita bisa berkomunikasi lewat radio lewat media HT ini. Memang hobi seperti tahun-tahun 1980-an, tapi ada keuntungan tersendiri yang bisa didapatkan di luar menggunakan ponsel," aku Raja.
"Saya lihat beberapa lokasi di pulau-pulau punya peralatan bantuan seperti tower,
repeater hingga HT yang diperbantukan, namun karena tak terfungsikan, malah banyak
yang rusak," sebut Raja lagi.
Ia pun sangat terbuka jika masyarakat bisa bergabung menjadi anggota tetap RAPI,
khususnya nelayan. Syaratnya hanya dengan punya HT.
"Memang sih, nelayan sudah punya perangkat radio masing-masing, namun itu kan jarang termonitor langsung, kalau dengan ini kita bisa tahu apa saja yang diperbincangkan komunitas dalam frekwensi yang sama," ungkapnya
Raja mengaku punya program untuk melakukan audiensi dengan pihak Pangkalan TNI AL
(Lantamal) dan nelayan yang bisa bergabung dengan komunitas Radio Antar-Penduduk
Indonesia (RAPI) ini.
"Ya ini terkait kesadaran nelayan jika mereka tergabung dengan anggota, kan jika
ada temuan-temuan kapal illegal dan aktivitas lainnya di laut, kita yang di darat
bisa menginformasikan ke anggota lainnya hingga ke pihak Lantamal," sebutnya.